KKP Ajak Masyarakat Budidaya Udang di Tambak Milenial

9 Juli 2020, 18:29 WIB

IMG 20200709 WA0013

Gresik – Kementerian Kelautan dan Perikanan terus mendorong masyarakat untuk melakukan terobosan di sektor budidaya perikanan. Salah satunya revitalisasi model tambak dari konvensional menjadi milenial.

Tambak milenial telah dikembangkan di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Barat, dan NTB, dan diyakini cocok untuk generasi milenial dari segi kepraktisan berbudidaya di era saat ini.

Model tambak ini tidak membutuhkan lahan luas layaknya tambak konvensional, berbentuk bulat, fleksibel karena bisa dibongkar pasang, dan ukuran kolamnya bisa disesuaikan dengan lahan yang tersedia.

Rudy Wijaya Kusuma, pemilik tambak udang di Dusun Druju, Desa Pangkah Kulon, Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur, mengatakan hanya menggunakan lahan 4.400 meter untuk sembilan kolam yang ia miliki.

Ada yang berdiameter 31 meter atau luas 750 meter persegi sampai yang terkecil berdiameter 16 meter atau luas 220 meter persegi.

Dari satu kolam, dia bisa menghasilkan 1-1,5 ton sekali panen dengan tiga kali siklus panen dalam satu tahun.

“Saya kira ini cocok untuk masyarakat yang mau memulai budidaya udang dengan modal yang tidak terlalu besar,” ujar saat ditemui di tambak miliknya, Rabu (8/7).

Untuk satu kolam besar berdiameter 31 meter, Rudy menjelaskan, dana yang dibutuhkan sekitar Rp40-50 juta sementara kolam dengan diameter 16 meter hanya membutuhkan sekitar Rp30 juta.

Adapaun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah kontruksi besi atau baja ringan dan terpal sebaagai pelapis.

Menurut Rudy, keunggulan model tambak ini bisa menampung dua sampai tiga kali lipat benih udang ketimbang tampak konvensional. Dia mencontohkan untuk kolam diameter 31 meter bisa menampung 75-80 ekor  benih.

“Tambak ini juga lebih unggul dari segi keamanan karena tidak rentan penyakit seperti tambak biasa yang langsung bersentuhan dengan tanah,” ujarnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo menyambut baik inovasi budidaya ini. Menurut Edhy, Pihaknya juga sedang mengembangkan terobosan ini di sejumlah balai pelatihan di daerah.

“Ini bisa jadi alternatif kegiatan usaha buat masyarakat yang kita tahu kondisi sekarang lapangan pekerjaan sedang sulit. Ini terobosan baru. Kalau  satu tambak saja, satu KK bisa dapat Rp5 juta per bulan. Itu kalau satu kolam, apalagi kalau ukurannya lebih besar,” kata Menteri  Edhy saat meninjau Tambak Milenial Ujung Pangkah, Gresik.

Edhy mengatakan, KKP akan terus mendampingi dan melakukan pengujian agar konsep ini benar-benar menjadi model tambak alternatif.

“Jadi orang tidak takut lagi masuk ke sektor ini. Karena rentan penyakit, modalnya besar dan lain-lain,” sambungnya.

Untuk permodalan, menurut Edhy, pemerintah telah melakukan dukungan penuh melalui pinjaman lunak dari KKP maupun fasilitas KUR dari Bank pemerintah.

Dia berharap, model Tambak Milenial ini bisa terus dikembangkan di seluruh Indonesia sehingga mendorong ekonomi masyarakat.

“Nelayan yang ke lautnya hanya setengah tahun, enam bulannya istirahat karena gelombang laut. Mereka bisa nyambi ini,” kata Edhy.

Menyoal perbedaan dengan tambak tradisional, Menteri Edhy mengatakan pada prinsipnya sama. Hanya secara fungsi lebih fleksibel karena dipindah-pindah.

“Kita tidak meninggalkan tambak-tambak konvensional. Yang jelas intensifikasinya sama dengan tambak konvensional. Yang penting konsep budidayanya yang benar,” tegas dia.

Seperti pengaturan air laut yang masuk ke tambak telah melalui filterisasi, juga pembuangan limbahnya juga tidak langsung ke luat. Melainkan ditampung  terlebih dahulu untuk memastikan kebersihan limbah tersebut.

“Ditampung, baru diuji. Kalau ditanamin ikan hidup, baru boleh dibuang kembali ke laut. Kalau ada yang melanggar kita tegur keras. Dan saya percaya masyarakat juga semakin pintar. Dia tahu kalau ini untuk masa depannya, dia akan menjaga lingkungan,” tutupnya. (ahs)

Artikel Lainnya

Terkini