KKP Kembangkan Laboratorium Internasional Pencegahan Penyakit Udang

16 September 2020, 08:14 WIB

penyakit ikan, termasuk udang telah menjadi tantangan global seiring
dengan peningkatan produksi dan perdagangan produk perikanan antar
negara./ist

Jakarta – Guna menjaga geliat pasar ekspor sekaligus domestik,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendukung penuh peningkatan produksi
udang yang berkualitas dengan membangun laboratorium internasional.

“Salah satu dukungan pemerintah adalah dengan mencegahan masuk dan tersebarnya
penyakit yang menjadi ancaman bagi keberlanjutan industri udang di Indonesia,”
kata Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM), Rina di Jakarta, Selasa (15/09/2020).

Organisasi kesehatan hewan dunia (OIE) telah merilis daftar penyakit ikan dan
udang yang harus diperhatikan oleh negara – negara anggota karena memiliki
efek yang bersifat global (infectious fish disease).

Penyakit-penyakit tersebut di antaranya white spot syndrome virus (WSSV) dan
infectious hypodermal hematopoietic necrosis virus (IHHNV) pada udang.

“Salah satu target utama kerjasama ini adalah BKIPM memiliki laboratorium
berstandar internasional dan diakui oleh OIE untuk menjadi acuan bagi
pengujian WSSV dan IHHNV di wilayah Asia Tenggara,” terangnya.

Dikatakan Rina, penyakit ikan, termasuk udang telah menjadi tantangan global
seiring dengan peningkatan produksi dan perdagangan produk perikanan antar
negara.

Bahkan banyak negara mengalami kerugian besar karena merebaknya penyakit ikan
tertentu, baik yang berasal dari dalam negeri atau endemic fish disease,
maupun penyakit ikan introduksi atau exotic fish disease dan yang timbul
sebagai akibat peningkatan perdagangan yang massif atau transboundary fish
disease. 

“Masuk dan tersebarnya penyakit–penyakit tersebut ke dalam suatu wilayah atau
negara bukan hanya berbahaya bagi industri budidaya namun juga bagi
kelestarian sumber daya hayati ikan, terutama plasma nutfah asli,” urainya.

Rina memastikan, baik BKIPM, YSFRI dan OIE sepakat untuk tetap melanjutkan
implementasi program meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19.

Ketiga lembaga pun sepakat melakukan pembahasan secara virtual terkait
sinkronisasi dan harmonisasi rencana aksi kerjasama bertajuk “Consultation of
the OIE Twinning Lab Program Plan of Action” pada hari ini. 

Kegiatan tersebut dibuka oleh Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan,
Teguh Samudro dan menghadirkan narasumber perwakilan internasional diantaranya
Dr. Mariana Marrana dari Sekretariat OIE Paris serta para tenaga ahli penyakit
ikan YSFRI RRT dibawah pimpinan ahli penyakit udang internasional Prof. Dr.
Qingli Zhang.

“Intinya kita merespon cepat dan melaksanakan early warning system dengan
berupaya meningkatkan kapasitas laboratorium penguji penyakit udang yang valid
dan berstandar internasional,” tandas Rina.(lif)

Berita Lainnya

Terkini