Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai
Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (BPPP) Tegal melaksanakan
‘Pelatihan Pembenihan Ikan Lele’ bagi masyarakat perikanan di Kabupaten
Cianjur pada 17-18 Februari 2021.
Kepala Pusat Pelatihan KP Lilly Aprilya Pregiwati, menyampaikan pelatihan ini
merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pelatihan guna mendukung arahan
Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, dalam mengembangkan
perikanan budidaya untuk meningkatkan devisa negara.
“Sebagaimana diketahui, saat ini KKP tengah memprioritaskan pembangunan
kampung-kampung atau sentra perikanan budidaya yang terintegrasi dari hulu ke
hilir demi memperkuat ketahanan pangan nasional”, ujarnya.
Diikuti oleh 50 orang santri Pondok Pesantren Buhairatur Istirhamiah di
Kabupaten Cianjur, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap para santri dalam melakukan usaha pembenihan ikan lele
sehingga dapat menghasilkan benih ikan yang baik dan sesuai dengan klasifikasi
bibit unggul.
Di samping itu, kegiatan bertujuan untuk menumbuhkan jiwa wirausaha masyarakat
pelaku utama usaha kelautan dan perikanan untuk mendorong perekonomian di
tengah pandemi COVID-19.
Dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan, kegiatan dilakukan dengan metode
blended system melalui aplikasi Zoom.
Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM)
Sjarief Widjaja menyatakan bahwa pada masa pandemi saat ini, usaha budidaya
ikan merupakan salah satu usaha yang menarik minat masyarakat.
Untuk itu, KKP mengambil kesempatan ini untuk mengembangkan kompetensi
masyarakat sekaligus meningkatkan produksi budidaya ikan.
“Seiring dengan terus ditingkatkannya produksi budidaya ikan, sangat tepat
jika di sektor hulunya yaitu pembenihan turut ditingkatkan. Tanpa kegiatan
pembenihan ikan, kegiatan lain seperti pendederan dan pembesaran tidak akan
terlaksana karena benih yang digunakan semuanya berasal dari sana,” ujarnya.
Ia menyebutkan dua alasan penting pelatihan ini dilaksanakan di pondok
pesantren, pertama sebagai lembaga non-formal, pondok pesantren merupakan
lingkungan yang efektif untuk pembelajaran pengembangan usaha.
Kegiatan pelatihan kali ini diharapkan dapat mewujudkan pemberdayaan umat dan
menjadi ladang dalam mencetak wirausahawan baru.
“Selain sebagai pusat pendidikan agama, pesantren juga merupakan pusat
pengembangan dan transformasi sosial dan ekonomi masyarakat,” sambungnya.
Kedua, KKP melalui BRSDM memiliki tanggung jawab moral untuk meningkatkan
kualitas SDM di lingkungan pesantren melalui penyediaan dan peningkatan gizi
berbasis ikan.
“Selain kualitas SDM para santri ini meningkat, kami berharap para santri akan
semakin terbiasa untuk mengonsumsi ikan. Saat ini, tingkat konsumsi ikan di
lingkungan pesantren masih berkisar 9 kg/kapita/tahun. Melalui program ini,
semoga setidaknya terjadi peningkatan jadi 15 kg/kapita/tahun,” tutupnya.
(riz)