JAKARTA- Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus meningkatkan produktivitas budidaya rumput laut di Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satunya di Kabupaten Sabu Raijua, yang dikenal sebagai salah satu wilayah penghasil rumput laut terbesar di provinsi tersebut.
“Sabu Raijua, selain langitnya yang indah, kita juga bisa menikmati laut yang sehat. Kabupaten yang dikelilingi lautan, dianugerahi potensi sumber daya laut yang luar biasa. Salah satunya komoditas rumput laut, dan menjadi produk laut unggulan di Sabu Raijua setelah garam,” ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Senin 19 Agustus 2024.
Ditambah wilayah di NTT memiliki curah hujan yang tidak terlalu tinggi, menjadikan Sabu Raijua cocok untuk budidaya rumput laut. Luas lahan potensial di Sabu Raijua, menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan mencapai 2,3 ribu Hektare dengan luas eksistingnya 311 Hektare atau pemanfaatannya sekitar 13,16%.
“KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya (DJPB) terus berupaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi lahan budidaya di NTT, salah satunya termasuk Kabupaten Sabu Raijua. Strategi KKP dalam meningkatkan produksi budidaya rumput laut di Sabu Raijua salah satunya berupa penyediaan bibit rumput laut kultur jaringan (kuljar) jenis Eucheuma cottonii untuk peremajaan bibit yang sudah berumur lama untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas dan kuantitas bibit,” jelas Tebe.
Tebe menambahkan, DJPB melalui Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok memberikan stimulan berupa bantuan bibit rumput laut kuljar varian cottonii kepada kelompok pembudidaya di Sabu Raijua. Dukungan tersebut dalam rangka mempertahankan posisi NTT sebagai salah satu penghasil rumput laut terbesar nasional. Sekaligus mempertahankan posisi Indonesia di urutan pertama sebagai negara produsen terbesar rumput laut jenis cottonii.
Senada dengan Dirjen Tebe, Kepala BPBL Lombok, Wawan C. Ashuri menjelaskan budidaya rumput laut merupakan kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarat pesisir, dengan catatan menerapkan prinsip-prinsip cara budidaya sesuai standar.
Keunggulan bibit rumput laut kuljar dibandingkan dengan bibit rumput laut konvensional, lanjut Wawan diantaranya tumbuh lebih cepat, serta memiliki kandungan karagenan lebih tinggi. Bibit rumput laut kuljar dikembangkan dengan metode embriogenesis somatik.
“Harapannya penggunaan bibit rumput kuljar dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas rumput laut pembudidaya di NTT, agar meningkatkan daya saing produknya, sehingga bisa terserap cepat di pasar. Bantuan 1 ton bibit rumput laut kultur jaringan dari kami, dapat digunakan untuk 5 kali siklus tanam atau bisa dipakai hingga setahun. 1 ton bibit rumput laut bisa menghasilkan sekitar 20 ton rumput laut basah atau 2,5 ton rumput laut kering, apabila dibudidayakan sesuai dengan cara budidaya yang sesuai standar,” tandas Wawan.
Menyambung Wawan, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sabu Raijua, Rachel Billik Tallo menyampaikan kami sangat berterima kasih sekali kepada Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono, Sabu Raijua diberikan bibit rumput laut kuljar dan excavator.
“Pembudidaya Sabu Raijua sangat senang sekali bisa mendapatkan bantuan bibit rumput laut kuljar dari BPBL Lombok. Pasalnya bibit rumput laut kuljar BPBL Lombok bisa memperbaiki kualitas bibit rumput laut kami dan hasilnya bagus,” ucap Rachel.
Bibit rumput laut kuljar, ungkap Rachel bisa meningkatkan kualitas rumput laut Sabu Raijua. Tentunya produksinya menjadi lebih bagus dan pendapatan masyarakat pembudidaya pun ikut meningkat. Geliat budidaya rumput laut sangat terlihat jelas di Sabu Raijua dengan jumlah pembudidaya mencapai 4,4 ribu orang. Bahkan pendapatan per bulan masyarakat pembudidaya rumput laut di Sabu Raijua bisa melewati UMR.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Bapak Sakti Wahyu Trenggono menegaskan kehadiran KKP di Kabupaten Sabu Raijua, sebagai salah satu bentuk komitmen dan perhatian untuk mengangkat potensi daerah terluar. Dengan mendorong pembangunan di sektor kelautan dan perikanan secara merata, dengan tetap menempatkan keberlanjutan dan ekologi sebagai arah utama kebijakan pembagunan sektor kelautan dan perikanan.
Sebagai informasi, penyaluran bantuan kebun bibit rumput laut kuljar oleh BPBL Lombok tahun 2024 telah selesai terealisasi 100%. Lokasi distribusi bantuan kebun bibit rumput laut kuljar tersebut meliputi Sumbawa, Lombok dan Bali. Begitu juga dengan bantuan bibit rumput laut kuljar, BPBL Lombok telah mendistribusikan ke Wakatobi dan Sabu Raijua.***