Klinik Stop Rokok di Denpasar Dibanjiri Pasien

30 Mei 2015, 07:11 WIB

seminar%2BHari%2BTanpa%2BTembakau

Kabarnusa.com – Sejak RSUP Sanglah Denpasar membuka klinik stop merokok setiap harinya dibanjiri pasien terutama yang selama ini tak bisa melepaskan dari nikmatnya daun tembakau.

Kepala Instalasi Pusat Pelayanan Jantung Terpadu RSUP Sanglah Denpasar, Prof I Wayan Wita

mengungkapkan, meski baru beroperasi namun kliniknya mulai kewalahan melayani pasien yang didominasi kaum adam itu.

“Tiap hari rata-rata pasien akibat rokok itu 80 orang,” sebut Prof Wita di sela seminar “Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2015” kerja bareng Bali Tobbacco Control Initiative (BTCI) dan Pemkot Denpasar, Jumat 29 Mei 2015.

Tentu saja, jumlah itu tergolong banyak, dengan berbagai keluhan seperti sakit jantung hingga pembuluh darah hingga .

Mereka sebagia besar para perokok dan memeriksakan jantungnya akibat hal tersebut.

Anehnya, meski menderita serangan sakit jantung, namun mereka mengaku sulit untuk berhenti merokok.

Kendati dirinya telah mengingatkan bahaya merokok dan meminta segera meninggalkan nikmat sesaat danau tembakau namun hal itu belum membuat mereka jera.

Masih banyak yang tetap merokok sehingga mereka kerap bolak-balik ke klinik. Karenanya, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan upaya 

Prof Wita menyebutkan, di klinik stop merokok itu, juga dilengkapi dengan para dokter ahli jiwa, penyakit dalam dan ahli jantung.

“Ternyata cukup efektif untuk berhenti merokok,” paparnya.

Karenanya, semua pihak diminta bersinergi dalam memerangi bahaya akibat merokok. Langkah Pemerintah Kota Denpasar yang melarang iklan rokok di ruang publik perlu mendapat dukungan.

Dalam kesempatan sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar,  Luh Putu

Sri Armini menuturkan, saat ini Peraturan Wali Kota tentang larangan iklan rokok di tempat umum terus dimatangkan materinya.

Dengan begitu, diharapkan bisa efektif dalam menekan bahaya akibat rokok khususnya dalam melindungi generasi muda yang banyak dibidik oleh industri rokok.

“Kita masih susun. Target kita secepatnya Perwali ini ini selesai,” harap dia.

Dukungan senada disampaikann Koordinator Bali Tobacco Control Initiative, Made Kerta Dhuana di mana pihaknya menyambut positif pelarangan iklan rokok di ruang publik.

Tidaklah sebanding jumlah pemasokan rokok dengan dampak yang diakibatkan akibat bahaya paparan asap rokok bagi kesehatan masyarakat.

“Dari Rp11 miliar pendapatan pajak iklan, rokok hanya menyumbang Rp900 jutaan, tentu tidak sebanding dengan dampak kesehatannya bagi penduduk” kata pengajar Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana itu.

Diungkapkannya, saat ini pemerintah daerah perlu bekerja keras dalam memberi perlindungan kepada masyarakat akibat bahaya paparan asap rokok.

Melansir data berbagai sumber resmi, dari 225 ribu orang tewas tiap tahunnya akibat rokok.

“Bahkan di Bali, Perokok perempuan mencapai 7,5 persen dari 5,2 persen dari perokok nasional,” imbuhnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini