Pembangunan kawasan kerohanian ini berkaitan dengan jati diri Universitas Gadjah Mada adalah sebagai universitas Pancasila.
“Universitas Gadjah Mada sebagai sebuah institusi pendidikan yang terbuka, mempunyai civitas dengan beragam latar belakang suku, agama, bahkan kebangsaan,” tuturnya dilansir dari laman ugm.ac.id.
Dengan kondisi seperti itu tidak lantas membuat terbatasnya ruang gerak civitas dalam beraktivitas. Justru perbedaan in harus dapat diakomodasi dalam wadah-wadah kegiatan. Fasilitas kerohanian ini akan memfasilitasi lima agama dalam satu area, namun tidak lepas interkoneksinya dengan fasilitas agama Islam di Mardliyyah Islamic Center dan Masjid UGM.
Festival Cap Go Meh, Menag: Sangat Wajar Singkawang Kota Toleransi Nasional
Bangunan yang akan didirikan di kawasan ini mungkin tidak dapat sepenuhnya mengakomodasi kegiatan peribadatan. Namun fasilitas ini dapat mewadahi kegiatan-kegiatan skala kecil yang biasanya merupakan kegiatan yang bersifat internal keagamaan, namun tetap menekankan pada jalinan silaturahmi dan persaudaraan antar umat serta semangat kebersamaan dan toleransi.
“Praktik baik yang dikerjakan di kawasan ini akan dikenang oleh anak didik kita ketika mereka lulus dan membentuk mindset mereka sebagai pemimpin yang berasal dari UGM,” tambah Panut Mulyono.
Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Pratikno, menyambut baik pendidikan Kawasan Kerohanian. Kemajuan teknologi, menurutnya, membuat dunia menjadi semakin sempit.
Fakultas Teknik UGM Kembangkan Mobil Listrik GATe, Siap Digunakan di Bandara Yogyakarta
Kata Pratikno, percampuran, interaksi, serta pergaulan lintas bangsa, lintas agama, dan lintas etnis semakin tinggi, sehingga masyarakat semakin plural dan majemuk.
Banyak negara kewalahan menghadapi kemajemukan, namun Indonesia justru telah Bhineka Tunggal Ika sejak era kolonialisme. Kebhinekaan perlu dipelihara, sebagai salah satu bentuk pendidikan bagi generasi masa depan.
“Pendidikan bukan hanya pendidikan di dalam kelas, tapi pendidikan butuh keteladanan, dan kawasan ini adalah sebuah keteladanan bagi Bhineka Tunggal Ika. Kalau kita sama-sama bekerja untuk ini, kita bukan hanya menyelamatkan Indonesia, kita menyelamatkan umat manusia,” kata Pratikno menambahkan.
Proses pembangunan berikut dengan penyediaan kelengkapan fasilitas pendukung lainnya dilakukan melalui pendanaan kreatif yang menggandeng beberapa mitra strategis dan sahabat UGM, di samping juga memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk berpartisipasi sebagai donatur. ***