Koster Ajak Krama Bali Membangun Daerah: Jangan Saling Sikut, Kita Ras Unggul!

Kata Koster kecerdasan orang Bali telah terbukti dengan banyaknya individu berprestasi yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

19 Februari 2025, 16:59 WIB

Denpasar – Gubernur Wayan Koster dengan bangga menyatakan krama Bali merupakan ras yang unggul, melebihi ras lainnya di dunia. Sebagai seorang krama Bali, ia mengajak seluruh masyarakat untuk tidak saling bersaing secara negatif, melainkan bekerja sama membangun Bali demi masa depan yang lebih gemilang.

“Berdasarkan catatan sejarah dan penelitian yang terdokumentasi sejak tahun 2015 yang saya baca, orang Bali termasuk dalam kategori ras unggul,” kata Gubernur Wayan Koster di Denpasar.

Menurutnya, kecerdasan orang Bali telah terbukti dengan banyaknya individu berprestasi yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Oleh karena itu, ia mendukung program keluarga berencana dengan empat anak di Bali, sebagai upaya untuk melestarikan nama-nama khas Bali seperti Nyoman dan Ketut.

“Orang Bali itu memiliki kecerdasan yang luar biasa. Mereka harus terus berkontribusi, baik di Bali maupun di luar Bali, bahkan di seluruh Indonesia dan dunia,” jelasnya.

Gubernur Koster menyerukan persatuan kepada seluruh masyarakat Bali, menekankan pentingnya menghindari permusuhan dan persaingan negatif. Koster meminta semua krama Bali jangan saling memusuhi. Tak boleh saling sikut. Semuanya harus bersatu dan berjalan bareng membangun Bali.

Ia mengajak semua pihak untuk berjalan bersama, bahu-membahu membangun Bali demi kemajuan dan kesejahteraan.

Berbagai sumber menyebutkan bahwa keunggulan ras Bali didukung oleh faktor-faktor alamiah, seperti genetika dan kesehatan. Studi kesehatan menyoroti gaya hidup tradisional masyarakat Bali, termasuk pola makan berbasis makanan alami dan aktivitas fisik yang tinggi dalam pertanian serta seni tari, sebagai faktor penting yang mendukung kesehatan mereka.

Kekayaan budaya Bali, tercermin dalam seni tari yang memukau, alunan gamelan yang merdu, dan ritual spiritual yang kuat, diyakini berkontribusi pada kemampuan berpikir kreatif, konsentrasi tinggi, dan kecerdasan emosional masyarakatnya.

Sistem irigasi kolektif (subak) dan sistem komunitas adat (banjar) yang tersebar di seluruh Bali memperkuat interaksi sosial, menumbuhkan sikap gotong royong dan kerjasama yang menjadi ciri khas masyarakat Bali.

Aktivitas seperti menari, bekerja di sawah, bela diri tradisional, serta pola makan alami yang kaya akan sayur dan protein nabati, berkontribusi pada kesehatan dan kekuatan fisik masyarakat Bali.

Tri Hita Karana, falsafah luhur yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali, mengajarkan keseimbangan hubungan antara tiga unsur utama: harmoni dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan baik dengan sesama manusia (Pawongan), dan keselarasan dengan alam (Palemahan).

Pengamalan mendalam terhadap Tri Hita Karana inilah yang membentuk stabilitas mental dan emosional masyarakat Bali, menghasilkan masyarakat yang tenang, sabar, dan penuh kasih. ***

Berita Lainnya

Terkini