KPU Ungkap Tiga Penyebab Turunnya Partisipan Pemilih Pilkada di DIY

Turunnya partisipasi Pilkada 2024 karena masyarakat saat ini lebih cermat mengetahui track record pasangan calon (paslon) hanya melihat dari layar handphone saja.

29 November 2024, 07:00 WIB

Yogyakarta – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkap ada tiga faktor penyebab turunnya partisipan pemilih di Pilkada 2024.

Ketua KPU DIY Ahmad Shidqi menyebutkan, jumlah partisipan Pilkada DIY 2024 mencapai 70 persen. Hal ini berdasarkan tingkat partisipasi merupakan jumlah kehadiran dibandingkan jumlah daftar pemilih tetap.

Laporan sementara, partisipasi pemilih rata-ratanya mencapai 70 persen. Capaian itu, karena Pilkada berbeda dengan pemilu nasional, ada 5 surat suara.

“Faktor pendorong kehadiran dalam pemilu lain. Pilkada hanya 1 surat suara,” ungkap Shidqi dalam keterangannya, Kamis 28 November 2024.

Terhadap angka partisipasi pemilih yang paling tinggi adalah kabupaten Bantul.

Angka partisipasi pemilih baru dapat dipastikan setelah selesainya tahapan rekapitulasi di tingkat kabupaten. Saat rekapitulasi ini masih di tingkat kecamatan. Kendati demikian, KPU DIY mencatat dibandingkan Pilkada 2017, Pilkada 2020, dan Pemilu 2024 angka tersebut dinilainya turun.

Pada Pilkada 2017 di Kota Yogyakarta dan Kulonprogo. Partisipasi pemilih di wilayah kedua itu mencapai 77 persen dan 80 persen. Sementara pada tahun Pilkada 2020, tepatnya yang digelar di Sleman, Bantul.

Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU DIY, Sri Surani menyebutkan, saat itu, tingkat partisipasi di tiga wilayah itu rata-rata mencapai 80 persen.

Di Pilkada 2017 ada Kota Yogyakarta dan Kulon Progo tingkat partisipasinya diangka 77 persen, Kulon Progo diangka 80 persen.

“Kemudian di 2020 ada Gunungkidul, Sleman, Bantul diangka 80 lebih persen,” ungkap Rani, sapannya.

Pihaknya memprediksi pada Pilkada 2024 diangka 70 persen namun di bawah 80 persen, ini tentu partisipasinya menurun.

Turunnya tingkat partisipasi pemilih di DIY pada gelaran Pilkada 2024, lanjut Rani mengungkapkan, salah satunya lantaran Pilkada yang terakhir kali digelar pada tahun 2020 berbarengan dengan merebaknya pandemi Covid-19.

“Ketika situasi Covid berarti hampir seluruh pemilih itu ada di rumah. Tapi saat itu juga ada fenomena kenaikan signifikan partisipasi di Gunungkidul meningkat 10 persen ternyata masyarakat datang ke TPS karena ingin ‘ditembak’ (mengecek suhu tubuh) itu suatu realitas di lapangan,” ungkapnya.

Berikutnya, terjadi penurunan partisipan Pilkada 2024, meski banyak orang ber-KTP di Kota Yogyakarta misalnya, namun tidak semua pada hari H ada di kota.

Ini berbeda saat pemilu nasional yang dimungkinkan orang di luar bisa menggunakan hak pilih di Yogyakarta.

Di Pilkada ini ada banyak yang dengan KTP setempat, sementara faktor lapangan bahwa orang yang ber-KTP Yogyakarta misalnya tidak semua hari H ada di kota.

“Itu jumlahnya banyak. Sehingga itu salah satu penyebab partisipasi di tahun ini menurun,” katanya.

Tidak hanya itu, ada beberapa hal lain turunnya partisipasi Pilkada 2024 yakni masyarakat saat ini lebih cermat mengetahui track record pasangan calon (paslon) hanya melihat dari layar handphone saja.

Hari ini kita tahu betul bahwa dengan semakin arus informasi yang semakin masif, tentu masyarakat sudah cermat dengan menggunakan hak pilih, mereka bisa melihat seperti apa track record dari masing-masing paslon,” ujar Surani.

Meski demikian, KPU DIY menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat yang sudah berpartisipasi dan hadir ke TPS pada hari Rabu tanggal 27 November kemarin yang telah memberikan suaranya di TPS. ***

Artikel Lainnya

Terkini