Langkah Antisipatif Hindari Bahaya Hidrometeorologi

2 November 2020, 08:34 WIB

Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau
masyarakat untuk waspada terhadap ancaman bahaya hidrometeorologi yang dapat
berujung bencana.

Memasuki musim hujan, fenomena La Nina dapat berdampak buruk pada curah hujan
yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang. Menyikapi potensi
bahaya hidrometeorologi, Kepala BNPB Doni Monardo mengimbau masyarakat untuk
waspada dan siap siaga.

Ia mengingatkan warga yang rumahnya berada di kemiringan lebih dari 30 persen
atau rawan longsor untuk lebih berhati-hati. Salah satu pemicu yang patut
diwaspadai apabila terjadi curah hujan lebat dengan durasi lama.

“Ikuti terus info BMKG,” ujar Doni yang juga Ketua Satuan Tugas Penanganan
Covid-19 melalui pesan digital, Minggu (1/11/2020). Ia juga meminta warga
untuk mengantisipasi pohon yang mudah tumbang atau patah batangnya sehingga
jangan berada di bawah pohon.

“Serta waspadai tiang listrik yang korsleting dan roboh tertimpa pohon,”
sambungnya.

Di saat hujan lebat yang disertai angin kencang, warga harus waspada apabila
memilih tempat untuk berlindung, hindari pohon atau pun papan baliho yang
setiap saat dapat berpotensi roboh.

Pada awal September 2020 lalu, BNPB telah meminta Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten dan kota untuk meningkatkan
kewaspadaan dalam menghadapi potensi bahaya hidrometeorologi, salah satunya
dengan melakukan koordinasi multipihak di setiap wilayah administrasi.

Di samping itu, setiap keluarga dapat meningkatkan upaya peringatan dini
dengan memantau informasi cuaca dari BMKG yang dapat diakses dengan berbagai
pendekatan seperti aplikasi Info BMKG maupun website dan media sosial dari
instansi pemerintah.

Warga dapat memantau prakiraan cuaca harian hingga ke tingkat kecamatan
melalui aplikasi Info BMKG sehingga dapat mempersiapkan atau mengantisipasi
dampak yang mungkin terjadi.

Warga masyarakat dapat juga memberikan informasi terkait dengan kondisi
terkini sehingga membantu otoritas setempat untuk penanganan darurat maupun
kewaspadaan warga lainnya.

Sementara itu, data BNPB dari awal Januari hingga 31 Oktober 2020, bencana
hidrometeorologi masih mendominasi kejadian bencana di Tanah Air, hingga akhir
Oktober 2020, total bencana alam berjumlah 2.401 kejadian.

Jenis kejadian bencana alam tertinggi yakni banjir dengan 865 kejadian,
sedangkan kejadian lainnya puting beliung 690, tanah longsor 447, kebakaran
hutan dan lahan 321 gelombang pasang atau abrasi 29, kekeringan 29, gempa bumi
5 dan letusan gunung api 5.

Dari sejumlah kejadian tersebut, jumlah korban jiwa akibat bencana
hidrometeorologi mencapai 319 jiwa meninggal dunia, dengan rincian banjir 205
jiwa, tanah longsor 101 dan puting beliung 13, sedangkan 25 jiwa dinyatakan
hilang. (riz)

Berita Lainnya

Terkini