Lestarikan Budaya, John Hardy Tanam Sejuta Bambu

9 Agustus 2017, 20:37 WIB

john%2Bhardy

BADUNG – Penanaman bibit bambu kesejuta digelar perusahaan John Hardy di Bali menandai peringatan 10 tahun pelaksanaan inisiatif berkelanjutan melalui program “wear bamboo, plant bamboo”.

Sekaligus menjaga keutuhan budaya Bali agar tetap berlanjut. Perusahaan perhiasan merk high-end berpusat di Bali tersebut terlaksana dari menyisihkan hasil penjualan perhiasan koleksi bambunya.

“Gunanya kegiatan ini untuk menekan emisi karbon serta menyediakan udara segar dan air bersih bagi masyarakat dan lingkungan,” terang President dan CEO John Hardy, Robert Hanson pada awak media.

Lanjutnya, 10 tahun lalu, program wear bamboo, plant bamboo diprakarsai untuk menyediakan wadah bagi klien atau pelanggan untuk turut serta terlibat dalam misi perusahaan untuk mengoffset emisi karbon.

Acara dibuka secara simbolis dengan penanaman bibit bambu oleh Robert Hanson dan Wakil Bupati Kabupaten Badung, I Ketut Suiasa. Dan dilanjutkan dengan tur workshop untuk melihat detail proses dari mentah hingga jadi.

Program ini sambungnya, satu diantara sekian banyak cara yang pihaknya lakukan dalam kurun waktu 42 tahun kepada masyarakat sekitar dan sebagai cara untuk lebih mengenalkan suistainability/ pelestarian lingkungan kepada masyarakat.

“We’ll continue that forever,” cetusnya sembari tersenyum. Dijelaskan, rencananya ke depan program itu akan terus dilakukan hingga waktu yang tak bisa ditentukan.

Wakil Bupati Badung, Suiasa menambahkan jika kegiatan tersebut menjadi salah satu histori yang diapresiasi Pemerintah Kabupaten Badung, dan ia mengharapkan banyak perusahaan yang bergerak demikian.

“Ini merupakan kegiatan dalam melestarikan bambu, dan kami atas nama Pemerintah Badung sangat mengapresiasi kepada John Hardy yang dalam melaksanakan industrinya tidak hanya berorientasi pada industry oriented saja tetapi benar- benar mengkombinasikan semua aspek,” ujar Suiasa.

Imbuhnya, aspek dimaksud termasuk lingkungan dan itu dibuktikan dari ikon dan motif di produknya. Sehingga, benar-benar menjadi satu kesatuan dengan adat dan budaya Bali.

“Saya berharap bambu di Bali ini bisa survive, dan karena kami warga Bali dari unsur adat, agama dan budaya sangat membutuhkan adanya bambu untuk upacara atau kegiatan lainnya.” tutupnya. (gek)

Artikel Lainnya

Terkini