Lewat Lukisan Wayang, Sasya Angkat Identitas Indonesia

23 Agustus 2014, 07:32 WIB

KabarNusa.com
Terlahir berdarah Jawa membuat pelukis Sasya Trenggono sangat mengagumi
nilai-nilai dan kultur leluhur dan masyarakatnya, sebagaimana terungkap
pula dalam cerita pewayangan. Tokoh-tokoh wayang kemudian
mengispirasi dalam setiap goresan karyanya, yang dipamerkan di
Pulau Dewata.

Bagi wanita yang menghabiskan waktunya hampir 13
tahun di negeri orang itu, ketika melihat tokoh du dunia pewayangan, seolah
berbicara pada diri manusia. Kepribadian, nilai-nilai yang tumbuh di
masyarakat itulah seperti kebajikan, harmoni, keteladanan dan lainnya.

“Tidak
tahu ya, ketika melihat wayang senang aja, itu seperti kita berbicara
tentang diri kita, lebih dari itu, tergambar bagaimana sejarah tokoh
para leluhur kita,” kata Sasya menjelang pembukaan pameran tunggal
karnya di Sudamala Suites and Villas, Sanur, Denpasar, belum lama ini.

Hanya
saja, wayang yang menarik perhatiannya adalah wayang golek, dibanding
wayan kulit, karena memiliki tiga dimemensi yang bisa dilihat secara
utuh.

Dari pengalam batinnya itu, dalam tokoh
pewayangan itu menggambarkan kisah-kisah yang menyentuh dan dekat dengan
rasa kemanusiaan.

Lebih dari itu, menggambarkan
keindahan tentang kekayaan Indonesia, di mana wayang sangat kental dengan budaya
Jawa.

Setelah wayang, dia berjanji ke depan akan lebih banyak
mengeskplorasi lagi, keindahan dan potensi budaya di Tanah Air lainnya,
seperti di Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

“Wayang itu
menggambarkan seperti panggung sandiwara, kita bisa mencontoh kehidupan
yang  mestinya berjalan baik,” kata wanita yang telah berpameran tunggal
ke beberapa negara itu..

Selain wayang, wanita berkulit bersih ini juga menampilkan tema kupu-kupu dan bunga yang
digoreskan di atas kanvas. Biasanya, ketiga hal itu, melekat pada medium kertas.

Menurut kritikus seni dan budayawan asal Prancis Jean
Couetau, karya lulusan Erasmus University itu merupakan terobosan
baru, di mana dia mencoba menampilkan seni rupa tidak hanya berhenti di
dunia intelektual namun sebuah metamorfosa yang mengisi ruang kosong.

“Sasya
menampilkan tokoh wayang yang dalam budaya Indonesia banyak menampikan
kisah ramayana, mahabarata, Wayang bagian dari identitas bangsa,”
sambung Couetua.

Ketika berada di luar negeri, Sasya menemukan identitas sebagai bangsa Indonesia dengan menampilkan wayang.

Karya
Sasya, mencerminkan dinamika klutural Indonesia dan mengingatkan dunia
modern yang diwarnai beberapa perubahan mendasar seperti uirbanisasi,
lunturnya klutural lokal.

“Dia ingin menampikan identitas kita lewat tokoh wayang,” imbuh pria yang sudah puluhan tahun menentap di Bali itu.

Dalam
pameran yang dikaitkan dengan ajang Sanur Village Festival ke-9 itu,
Sasya mengangkat tema “My Beautiful Indonesia” berlangsung 18 Agustus – 21
September 2014.

Seluruh donasi yang dikumpulkan lewat
pameran ini, akan didonasikan oleh wanita yang kini fokus pada pelayanan
umat itu, kapda yayasan sosial dan yatim piatu Benih Kasih. (rma)

Berita Lainnya

Terkini