Lost Generation: Masalah Baru yang Ditimbulkan Covid-19 dalam Sektor Pendidikan

1 Oktober 2021, 15:11 WIB
HMI
Yoga Ahmad Fauzi/Dok.Istimewa

Oleh: Yoga Ahmad Fauzi 

Pendidikan menjadi sesuatu yang penting bagi manusia. Karena sejatinya pendidikan mencetak manusia yang berpendidikan, dalam artian manusia yang memiliki moral yang tinggi, berwawasan luas dan memiliki nilai sosial yang tinggi. Saking pentingnya sebuah pendidikan, pemerintah melalui kebijakannya memformalisasikan pendidikan menjadi sebuah institusi dan mewajibkan rakyatnya untuk belajar dalam ruang yang berbentuk sekolah.

Tahun 2019 akhir, menjadi awal mula perjalanan pandemi Covid-19, menginjakan kaki di bumi. Kemudian menyebar ke seluruh dunia pada tahun 2020, termasuk Indonesia yang tidak luput dari serangan pandemi covid19. Sampai sekarang Indonesia masih bertarung melawan pandemi covid19.

Serangan pandemi covid-19 mengakibatkan perubahan pola kehidupan. Sektor kesehatan menjadi sektor yang paling terasa akibat dari serangan covid ini, selain itu dari sektor kesehatan melebar ke berbagai sektor seperti ekonomi, politik, pendidikan sosial dan budaya ikut terkena dampak dari serangan pandemi covid-19. 

Akibat sektor kesehatan yang terkena secara langsung oleh pandemi covid, pemerintah mengambil antisipasi untuk menghentikan covid ini, dengan membatasi mobilitas aktivitas rakyatnya, yaitu dengan berbagai bentuk mulai dari pysical distancing, PSBB dan yang terakhir adalah PPKM. 

Kebijakan ini berakibat pada semua sektor kehidupan. Sektor pendidikan juga terkena imbasnya. Sisitem pembelajaran tatap muka secara langsung antara guru dan murid dialihkan pada sistem pembelajaran daring. Dimana pada sistem ini guru dan murid tidak bertemu secara langsung dalam satu tempat, melainkan bertemu dalam ruang – ruang virtual. Ada pola baru yang terbentuk dalam sistem pembelajaran virtual ini. 

Dilain sisi, ini merupakan sebuah percepatan teknogi, yang sejatinya kondisi seperti sekarang sudah diprediksi oleh beberapa ahli. Namun, karena adanya pandemi covid jadinya percepatan teknologi terlaksana dengan cepat tanpa sebuah persiapan. Dunia pendidikan Indonesia tidak memiliki pilihan lain selain menerima dengan proses adaptasi yang cepat. 

Beberapa orang mempertanyakan sistem pembelajaran virtual. Mereka mempertanyakan keefektifan dari sistem virtual ini. Karena Indonesia terbiasa dengan sistem pembelajaran tatap muka secara langsung. Apalagi beberapa institusi pendidikan seperti, Sekolah Dasar (SD) penekana fokusnya kepada sisi afektif. Dimana penanaman sikap dan kedisiplinan menjadi fokus SD. sehingga pertemuan dengan guru di sekolah menjadi sangat penting. 

Karena guru bisa melihat dan membimbing langsung muridnya. Adanya sistem belajar virtual, mengakibatkan guru sulit untuk menilai sisi afektif siswa. Kemudian para siswa juga menjadi sekedar formalitas untuk mengikuti pembelajaran virtual, pada akhirnya siswa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget.

Ada beberapa pemikir merasa khawatir dengan kondisi ini. Karena pembelajaran yang masih dipertanyakan keefektifannya, ditakutkan ini mengakibatkan lost generation atau kehilangan generasi. Istilah ini muncul pada saat dunia sedang Perang Dunia. Dimana banyak sekali korban yang jatuh akibat perang dunia, baik itu orang tua maupun anak – anak. Ketika yang meninggal akibat Perang Dunia kebanyakan anak – anak, maka harapan keberlangsungan eksistensi sebuah negara, atau kelanjutan sebuah kehidupan menjadi hilang. 

Tetapi, menurut Prof. Ahmad Muzaki Ketua Dewan Pendidikan Jatim mengatakan bahwa istilah lost generation yang terjadi saat Perang Dunia, tidaklah bisa diterapkan kepada kondisi pandemi covid ini, karena pembelajaran masih tetap berjalan walaupun lewat virtual. 

Kekhawatiran yang ditakutkan adalah lost generation dalam dunia pendidikan. Dimana, jika hari ini anak – anak kelas 1-2 SD, mengalami kegagalan dalam pendidikan, karena sistem virtual yang dialami semua daerah Indonesia, akan kebawa ketika mereka tumbuh dewasa dan akhirnya tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan apapun. Apalagi Indonesia, diramalkan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2040. Bonus demografi adalah sebuah kondisi dimana suatu negara mengalami populasi yang banyak dan juga masuk dalam kategori usia produktif. 

Jika kekhawatiran itu terjadi Indonesia akan memiliki banyak populasi, namun individunya akan kesulitan beradaptasi dengan dunia, karena kurangnya pengetahuan juga akan memiliki kekurangan moralitas dalam setiap individunya. Ini menjadi masalah yang harus dipecahkan oleh pemerintah agar kekhawatiran yang ditakutkan tidak terjadi. Sehingga Indonesia kedepannya benar – benar bisa menggapai Indonesia Emas. (*)

*Yoga Ahmad Fauzi, (Peserta Advance Training LK III BADKO Riau-Kepri 

Artikel Lainnya

Terkini