Mahasiswa IPB Berdayakan Masyarakat Olah Sampah Sisa Persembahyangan Pura Besakih

1 September 2021, 23:40 WIB
ipb
Pura Besakih sebagai kawasan pura terbesar di Bali , menghasilkan sampah sarana persembahyangan dalam jumlah besar/Dok. Banyu Pangestu

Amlapura – Tim mahasiswa Institute Pertanian Bogor (IPB) mengusung program dengan memberdayakan masyarakat untuk mengolah sampah organik sisa persembahyangan dari kawasan pura menjadi pupuk kompos (padat dan cair) dan minyak atsiri.

Dengan begitu, nantinya sisa sampah itu dapat dijual oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian mereka.

Pura Besakih sebagai kawasan pura terbesar di Bali , menghasilkan sampah sarana persembahyangan dalam jumlah besar.

Ada studi yang memperkirakan sampah sisa persembahyangan di Pura Besakih mencapai satu ton per hari. Sampah ini lantas berusaha diolah oleh para mahasiswa IPB agar bernilai ekonomi dengan menggandeng karang taruna setempat.

Saat melakukan persembahyangan, umat Hindu memerlukan sarana canang dab banten yang terdiri dari bahan-bahan organik, seperti daun kelapa, berbagai macam bunga, daun pandan, dan lainnya.

Masyarakat desa setempat kerap bingung dalam pengelolaan sampah organik tersebut. Sementara program yang ada hingga kini cenderung fokus pada pengolahan sampah plastik. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan menumpuknya sampah organik di Desa Besakih.

Permasalahan ini lantas menjadi perhatian tiga mahasiswa IPB yang sedang melakukan pengabdian masyarakat melalui kompetisi PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

Tim IPB ini diketuai I Dewa Gede Wicaksana Prabaswara, beranggotakan Rafid Rizqullah dan Gde Bayu Pangestu Aw, serta didampingi dosen Ir. Ngakan Komang Kutha Ardana, M.Sc.

Mereka menjalankan program bertajuk BESAclean (akronim dari Besakih Clean) dengan mengajak Karang Taruna Giri Kusuma di Besakih sebagai mitra untuk program pengabdian masyarakat yang mereka lakukan.

“Program dijalankan adalah pengolahan sampah organik sisa persembahyangan dari kawasan pura menjadi pupuk kompos (padat dan cair) dan minyak atsiri yang nantinya dapat dijual oleh masyarakat untuk meningkatkan perekonomian mereka,” tuturnya dalam keterangan tertulis diterima Kabarnusa.com, Rabu (1/9/2021).

Selain itu, dilakukan pengembangan kawasan agro eduwisata di Desa Besakih yang sudah dirancang dalam bentuk 3 dimensi dan mulai dikerjakan di lapangan bertujuan untuk memperkenalkan cara pengolahan sampah di wilayah tersebut sekaligus menunjukkan produk yang sudah dibuat masyarakat.

Program ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pelatihan secara tatap muka langsung dan daring. Pelatihan daring dilakukan untuk memberikan dasar-dasar pembuatan pupuk dan minyak atsiri.

Sementara pelatihan langsung dilakukan untuk mempraktikkan pelatihan yang sudah dilakukan.

“Produk pupuk yang dihasilkan sesuai dengan standarisasi SNI secara kasat mata seperti tekstur dan bau. Pupuk ini juga sudah pernah diujicobakan pada tanaman dengan hasil menunjukkan tanaman menjadi cepat berbuah,” sambungnya.

Selain pengolahan sampah organik, pelatihan ini juga sekaligus memberikan edukasi tentang branding dan marketing produk.

Saat ini, program masih berada dalam tahap pendampingan tim kepada mitra. Saat akhir program ini, yaitu pada September mendatang, diharapkan masyarakat Desa Besakih sudah bisa mandiri dalam berbisnis dan membuat produk.
Program ini pun mendapat tanggapan positif dari masyarakat.

Mereka antusias karena produknya potensial untuk bisa meningkatkan perekonomian mereka dan memecahkan masalah lingkungan.
Selain itu, fasilitas yang diberikan juga sangat membantu mereka menjadi lebih semangat dan mendapat kemampuan baru dalam pengolahan sampah.

Tim IPB berharap ke depannya pemanfaatan sampah ini bisa lebih maksimal dan dapat diterapkan di seluruh desa di Bali dan bahkan Indonesia. (rhm)

Artikel Lainnya

Terkini