![]() |
Boneka edukasi gigi karya mahasiswa UGM (foto:humas ugm |
Kabarnusa.com –
Untuk merangsang pengeluaran air susu ibu (ASI) Tim Mahasiswa
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan boneka edukasi
gigi dan rompi pijat.
Selain itu, mereka mengembangkan model pembelajaran kebidanan untuk menentukan pembukaan serviks.
Penelitian
berawal dari keprihatinan terhadap kurangnya daya tarik anak untuk
belajar mengenai gigi, lima mahasiswa UGM memperkenalkan produk Boneka
Edukasi Gigi Anak yang dinamakan Elboo.
Produk Elboo yang telah
terjun di pasar didesain sebagai sebuah gantungan kunci berbentuk gigi
dengan empat bentuk yang menggambarkan keempat jenis gigi yang dimiliki
anak.
Tim beranggotakan Grace Mediana (FKG), M. Attiatul Muqtadir
(FKG), Nur Rifa Setyafani (Teknik Industri), M. Fathin Naufal (Teknik
Industri) dan Amrina Husna (Psikologi).
Para mahasiswa ini
akhirnya meluncurkan produk baru Elboo berupa karakter boneka anak
dengan model studi gigi yang memiliki unsur teknologi dan mampu
menghadirkan media pembelajaran audio visual berupa suara dan lampu
penanda.
“Ide pembuatan boneka edukasi ini pada awalnya berasal
dari keluhan yang banyak dialami para orang tua mengenai sulitnya
mengajarkan cara merawat gigi pada anaknya. Selain itu, kurangnya
pengetahuan mereka mengenai gigi membuat anak tidak memiliki motivasi
untuk merawatnya,” terang Grace dikutip dari laman ugm.ac.id Jumat
(17/6/2016)
Pengetahuan mengenai karakteristik dan fungsi setiap
jenis gigi akan disampaikan melalui sebuah audio yang terpasang pada
badan boneka.
Mulut boneka yang bisa terbuka memungkinkan
anak-anak mengenal bentuk dan posisi gigi pada Elboo melalui lampu LED
yang dipasang pada tiap gigi dan akan menyala ketika audio menjelaskan
tentang jenis gigi tersebut.
![]() |
Tim mahasiswa UGM penemu rompi perangsang ASI (foto:humas ugm) |
Sementara inovasi lainnya, yang
dihasilkan mahasiswa UGM melalui kegiatan PKM adalah Rompi Pijat
Refleksi Oksitosin atau ROMEO yang dikembangkan oleh Arlin Dewanti, Vina
Azizah dan Qory Kuni Afifah dari Departemen Kebidanan serta Joko
Listyanto dan Fuad Hammaminata dari Departemen Elektronika dan
Instrumentasi.
Mereka mengembangkan produk untuk membantu merangsang hormon oksitosin dan melancarkan pengeluaran air susu ibu.
Arlin
menjelaskan, prinsip kerja dari ROMEO dan pijatan oksitosin secara
manual hampir sama, yaitu dengan memberi tekanan pada titik-titik di
sepanjang tulang belakang dan memberikan relaksasi pada ibu.
Kata
Arlin, rompi ini dilengkapi sensor infra merah sebagai sensor untuk
membantu relaksasi dan motor DC sebagai penggerak bulatan-bulatan yang
kerjanya secara melingkar.
Rompi pijat otomatis ini diharapkan
dapat membantu memperlancar ASI para ibu dalam upaya peningkatan cakupan
ASI ekslusif di Indonesia,” paparnya.
Sementara itu, tiga
mahasiswa program D4 Kebidanan, Wafda Ardhian Latansyadiena, Titin
Setiyani, dan Mentari Evarani, serta dua mahasiswa Program Studi Teknik
Elektro, Muhammad Tatag Arifudin Amali dan Faisal Sya’bani,
mengembangkan model pembelajaran pembukaan serviks atau phantom dilatasi
serviks.
Menurut Wafda, selama ini telah banyak media
pembelajaran dilatasi serviks. Hanya saja, model yang ada masih kurang
praktis karena masih bersifat terpisah, sehingga 1 phantom hanya
memiliki satu dilatasi.
“Dengan phantom yang terpisah-pisah ini
cukup merepotkan mahasiswa karena harus membawa 10 phantom untuk 1
keterampilan dilatasi serviks,” urainya.
Diketahui, Phantom
Sepuluh Dilatasi Serviks Otomatis atau yang disingkat Phantasi Oto ini
merupakan inovasi baru sebagai media pembelajaran untuk mempelajari 10
pembukaan serviks dalam satu phantom.
Alat ini menggabungkan
antara phantom serviks dengan rangkaian mekanik dan elektronik. Dalam
pengoperasiannya, Phantasi Oto memiliki dua mode yaitu mode manual
sekuensial menggunakan push button serta mode auto direct option
menggunakan aplikasi yang terinstal dalam smartphone. (des)