![]() |
Menteri KKP Susi Pudjiastuti saat menarikan tari Gandrung Banyuwangi/humas KKP |
Banyuwangi – Dinilai memahami tentang dunia laut dan berhasil dalam menjaga perairan Indonesia dari asli pencurian ikan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mendapat julukan baru sebagai “Nyai”.
Menteri Susi mendapat julukan Nyai dalam serangkaian kampanye GemaIkan di Banyuwangi Jawa Timur, Jumat 5 April 2019. Susi mengunjungi Ponpes Miftahul Ulum yang terletak di Bengkak, Kecamatan Wongsorejo.
Susi membagikan bantuan berupa ikan segar dan 16 lubang lele bioflok. Tak lupa, ia juga makan bersama para santri yang hadir memenuhi lapangan ponpes.
“Jadi adek-adek semua, bapak-bapak kenapa kita bagikan ikan-ikan ke pesantren-pesantren? Pemerintah ingin menanggulangi persoalan stunting dengan mengampanyekan (program) Gemar Makan Ikan supaya generasi muda tumbuh besar dan pintar,” ujar Susi mengawali sambutan.
Karna yang dibutuhkan supaya pintar ada dalam omega. Omega itu ada dalam ikan, bukan dalam ayam. Pemerintah bersama-sama tengah terus mendorong pencegahan stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi secara kronis.
Dalam mendukung itu, KKP terus menggalakkan kampanye Gemarikan (Gemar Makan Ikan) pada masyarakat. Data terbaru dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 Kementerian Kesehatan mencatat angka stunting di Indonesia telah turun dari 37,8% pada tahun 2013 menjadi 30,8% pada tahun 2018.
Kampanye Gemarikan Menteri Susi merupakan salah satu bagian dari rangkaian agenda kunjungan kerjanya (kunker) di Banyuwangi selama 2-5 April 2019. Salah satunya ialah mengisi kuliah umum di Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Genteng pada Kamis (4/4/2019).
Mengusung tema “Kedaulatan Laut Nusantara, Gerbang Pencerdasan Generasi Bangsa”, Menteri Susi membagikan informasi seputar sejarah dan kebijakan perikanan dan kelautan di Indonesia di hadapan ratusan mahasiswa yang hadir.
Indonesia sudah berada pada jalurnya untuk menjadikan laut sebagai masa depan bangsa. Hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia yang terdiri dari 17.504 pulau yang disatukan oleh laut.
Dengan kata lain, persentase wilayah laut Indonesia mencapai 70% dari keseluruhan wilayah negara sehingga patut ditata kelola oleh prinsip-prinsip pembangunan kelautan. Usai memberikan pemaparan, Menteri Susi mendapatkan julukan ‘Nyai’ dari para mahasiswa atas kontribusinya menjaga laut Indonesia dari pencuri ikan ilegal.
“Orang yang menguasai kitab-kitab, menguasai Al-Quran. Seharusnya, karena ayat-ayat Allah itu tidak hanya tertulis tapi ada di alam sekitar ini, astronomi itu juga bisa disebut ‘Kiyai’.
Orang yang mengerti tentang isi laut, tentang bagaimana menjaga laut, dan bagaimana cara mengatasi orang yang mencuri ikan laut berarti layak disebut ‘Kiyai’.
Karena Bu Susi ini perempuan, maka kita sebut?,” ujar Samsudin Adlawi, Direktur Jawa Pos Radar Banyuwangi, selaku moderator pada para mahasiswa yang hadir. “Bu ‘Nyai’,” sambut meriah para mahasiswa.
Dalam kesempatan itu, Susi tak lupa memberikan bantuan berupa 16 lubang bioflok kepada yayasan untuk digunakan para mahasiswa mempelajari entrepreneurship di sektor perikanan.
Selain mengunjungi institut pendidikan, Menteri Susi juga mengunjungi sejumlah lokasi lainnya. Di antaranya ialah Pulau Tabuhan dan Pulau Menjangan di mana ia meninjau kebersihan pantai dan perairan sekitar dari sampah plastik.
Ia juga mengunjungi tempat pengolahan sampah sementara (TPST) di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar. TPST tersebut dikelola oleh warga setempat, yang didampingi oleh Pemkab Banyuwangi dan organisasi non-pemerintah (NGO) dunia.
”Ini upaya yang sangat baik dari pemerintah daerah. Saya berharap penanganan sampah ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lainnya,” tambahnya.
Terkait peninjauan sektor pelayanan masyarakat, Menteri Susi pun mengunjungi Mall Pelayanan Publik (MPP) Banyuwangi. MPP ini merupakan mal pertama yang didirikan oleh kabupaten.
“Mall Pelayanan Publik ini luar biasa, ada 199 dokumen dan izin dilayani dalam satu ruangan. Sampai mau menikah di sini juga bisa. Sangat memudahkan masyarakat. Jadi, soal izin kapal itu mungkin bisa langsung disatukan ke mall ini sehingga nelayan semakin mudah mengurus perizinannya karena lebih dekat,“ tuturnya.
Melihat kemudahan yang diberikan oleh fasilitas tersebut, ia berharap agar perizinan kapal nelayan berukuran 10-30 GT yang kewenangannya saat ini berada di pemerintah provinsi bisa diakses di daerah.
Ia mengusulkan, pemerintah provinsi bisa menaruh personelnya di daerah sehingga pemilik kapal ikan tidak perlu jauh untuk mengurus izin kapal. Tak ketinggalan, Menteri Susi juga sempat menicipi durian khas Banyuwangi di Kampung Durian Songgon.
Ia juga menikmati nuansa asli “Suku Osing” asal Banyuwangi di Sanggar Genjah Arum, Desa Kemiren, Kecamatan Glagah. Di sana, ia menikmati suguhan Tari Gandrung, Tari Jaran Goyang, dan alunan musik Eso berlatarkan rumah adat Suku Osing yang unik. (rhm)