Mantan Penerjemah Afghanistan untuk Amerika Sempat Dibiarkan Telantar oleh Pemerintah AS

12 Oktober 2021, 10:40 WIB

AVvXsEhLe3KKi2xm0D4P9XJhploo3lH0hAl5d IAzdmuEEOBysfLyBNwfZAVMSQ0duQ5TOu yKCUvwYYuthYX9OmsY1tLbsdf iyXFmceM8H5sZeLRXFh509VMjdmiNZaZL8u0rt BUG81WDghIrLILs7HEzih6DsaDqDuAA umkwm6EdGs6Z4SoSNpmd7E
Ilustrasi/Dok.Photo by Shopify Partners Burst

Kabul – Mantan penerjemah warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk AS dan Sekutu selama dua dekade sempat dibiarkan telantar oleh pemerintahan Biden sehingga tidak bisa meninggalkan negaranya.

Mantan penerjemah Afghanistan bernama Aman Khalili beserta keluarganya ini termasuk diantara ribuan warga Afghanistan yang ingin keluar dari Afghanistan disaat pasukan AS akan meninggalkan negara itu.

Sekitar 75 ribu warga Afghanistan yang pernah membantu pasukan NATO masih terkatung-katung di Afghanistan dan tidak bisa meninggalkan negara tersebut.

Aman Khalili yang bersusah payah untuk mencapai bandara Kabul pada bulan Agustus agar bisa keluar dari negara itu sebelum Taliban menutup perbatasan, mendapati kenyataan bahwa istri dan keluarganya ditolak masuk negara AS kecuali hanya dirinya.

Pasukan AS yang bersiap meninggalkan Afghanistan kala itu hanya menyanggupi membawa Aman Khalili saja, tapi tidak untuk istri dan anak-anaknya.

Permohonan visa khusus sebagai imigran dari keluarga Aman Khalili kepada AS agar bisa keluar dari Afghanistan ditolak pemerintah AS.

Penolakan visa khusus ini terjadi akibat kesalahpahaman dari kontraktor militer yang merekrut Aman Khalili dan para pihak penyedia dokumen terkait untuk diteruskan kepada pemerintah AS.

Akhirnya penerjemah Afghanistan yang telah bekerja untuk NATO selama hampir dua dekade ini harus terdampar di Afghanistan, setelah pasukan Amerika meninggalkan negara itu pada 30 Agustus 2021, dilansir dari Sputnik, 12 Oktober 2021.

Aman Khalili ini juga pernah berjasa dalam pembebasan Joe Biden kala masih sebagai Senator yang sedang mengunjungi Afghanistan menggunakan helikopter dan harus melakukan pendaratan darurat di wilayah konflik akibat badai.

Penerjemah Afghanistan ini bahkan sempat berupaya mengajukan permohonan bantuan kepada Presiden AS Joe Biden, namun pihak Gedung Putih tidak melakukan apapun untuk membantunya keluar dari Afghanistan.

Beruntung kemudian ada pihak lain yang mendengar permintaannya, yaitu sebuah kelompok veteran AS yang sepakat membantunya untuk bisa keluar dari Afghanistan.

Mereka melakukan berbagai upaya dan menerima beberapa tawaran bantuan dari berbagai pihak,  mulai dari komentator konservatif hingga Eric Prince, seorang mantan kepala perusahaan keamanan swasta Blackwater.

Setelah beberapa kali gagal, Khalili akhirnya berhasil mencapai negara Pakistan setelah melintasi perbatasan darat dengan bantuan kelompok Human First Coalition.

“Setelah berkendara siang  malam selama 144 jam melewati begitu banyak pos pemeriksaan, dan keluarga saya amat ketakutan, akhirnya kini seperti mendapatkan surga. Neraka ada di Afghanistan”, kata Khalili kepada WSJ saat meninggalkan negara itu.

Setelah berada di Pakistan, Khalili baru mendapatkan bantuan dari pemerintahan Biden, dia dan keluarganya dibawa menggunakan pesawat menuju Doha, Qatar pada 11 Oktober 2021.

Saat yang sama Kepala Staf Sekretaris Negara Suzy George, ditugaskan untuk mempercepat proses permohonan visa dari penerjemah Afghanistan dan keluarganya, sehingga mereka bisa sampai ke AS.

Keberhasilan Aman Khalili dan keluarganya meninggalkan Afghanistan berkat bantuan dari berbagai kelompok non profit ini bukanlah satu-satunya, banyak keluarga lain yang mengalami serupa.

Namun masih banyak keluarga lain yang gagal meninggalkan negara tersebut karena tidak memiliki akses bantuan semacam itu dan masih terkatung-katung di Afghanistan, atau bahkan mungkin tak punya lagi kesempatan hidup lebih lama untuk mendapatkannya. (*/fda)

 

Artikel Lainnya

Terkini