Martin Bruinessen: Kiai Aziz Denanyar Ahli Sejarah NU dan Ensiklopedi Hidup

16 April 2017, 08:31 WIB
KH Aziz Masyhuri/net 

JOMBANG – Guru Besar Studi Perbandingan Masyarakat Muslim Kontemporer Universitas Utrecht Belanda Martin van Bruinessen menilai kemasyhuran KH Abdul Aziz Masyhuri alias Kiai Denayar tidak hanya ahli sejarah Nahdlatul Ulama (NU) namun seperti eksiklopedi hidup.

Martin mengisahkan, mulai mengenal Kiai Aziz sebagai ahli dokumentasi sejak 1983 atau 1984. Dirinya, kala itu baru saja mulai meminati kajian terhadap tradisi Islam Indonesia dan sering mengunjungi toko-toko buku di kawasan Kramat Raya – Kwitang – Senen (Jakarta) untuk mencari buku-buku langka.

“Di sana saya temukan dua jilid tipis berjudul Ahkamul Fuqaha, keputusan ulama NU dari Muktamar pertama sampai 1979 yang dikumpulkan KH A Aziz Masyhuri dan dua jilid sejarah organisasinya (berjudul) NU dari Masa ke Masa,” lanjut penulis buku Ijtihad Politik Ulama ini dikutip nu online.

Kata Martin, buku-buku hasil pena Kiai Denanyar ini, menjadi bagian penting dari buku koleksinya tentang NU dan sangat bermanfaat untuk memahami organisasi Islam terbesar itu. Akhirnya, beberapa tahun kemudian Martin berkesempatan bertemu langsung dengan Kiai Aziz sehingga ia bisa mengambil banyak manfaat dari pengetahuannya yang luas.

“Saya menyadari bahwa Kiai Aziz lebih dari sekadar ahli tentang sejarah NU dan sebetulnya merupakan ensiklopedi hidup,” kenang Martin.

Sebagai kiai yang produktif menulis dan ahli dokumentasi diakui secara internasional. Salah satu pengakuan datang dari Marti van Bruinessen, Guru Besar Studi Perbandingan Masyarakat Muslim Kontemporer Universitas Utrecht Belanda.

Dari pengamatannya, almagfurllah Kiai Denayar rajin menghadiri Muktamar Nahdlatul Ulama ini, para pengamat luar negeri selalu menjadikan karya-Kiai Aziz sebagai referensi wajib ketika mereka mendalami Islam di Indonesia.

Lebih khusus, tentang Nahdlatul Ulama, pondok pesantren dan Ahlussunnah wal Jama’ah. “Tulisan-tulisan beliau merupakan rujukan wajib bagi peneliti serius,” tulis Martin dalam kata pengantar buku “Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat dalam Tasawuf” karya Kiai Aziz.

Diberitakan sebelumnya, Kiai Aziz Masyhuri wafat pada Sabtu (15/4) pada usia 75 tahun. Ratusan karya telah lahir dari ketekunan kiai kelahiran Tuban, 17 Juli 1972 ini. Di antaranya, 95 judul buku berbahasa Indonesia, 26 buku berbahsa Arab, 7 buku terjemahan bahasa Jawa (makna gandul) dan buku-buku lainnya.

Kiai Aziz menikah dengan Nyai Hj Azizah Aziz Bisri Syansuri dan dikarunai tiga orang keturunan. Pendidikannya ditempuh di beberapa pesantren dan lembaga pendidikan. Antara lain di Denanyar, Jombang, di Pondok Lasem Jawa Tengah, di Pondok Krapyak Yogyakarta dan sempat belajar di Madinah dan Makkah, Arab Saudi.

Sedangkan di Nahdlatul Ulama, Kiai Aziz berkhidmah sejak menjalani masa muda di Tuban. Mulai dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU dan Pergunu.

Kemudian di tingkat wilayah (provinsi), Kiai Aziz pernah aktif di LP Ma’arif NU Jawa Timur, Lembaga Dakwah, Lembaga Kemaslahatan Keluarga, menjadi Wakil Katib Syuriah PWNU Jatim, Wakil Rais Syuriah dan Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI).

Sementara di tingkat pusat, Kiai Aziz sempat diberi amanah menjadi A’wan PBNU, Ketua PP RMI dan Pengurus Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). (des)

Berita Lainnya

Terkini