![]() |
Cengkeh khas andalan perkebunan di Kabupaten Buleleng |
BULELENG – Kabupaten Buleleng dikenal sebagai sentra perkebunan cengkeh andalan di Provinsi Bali sejak lama yang hingga kini masih tetap dipertahankan bahkan menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat Banjar Witajati Desa Selat Kecamatan Sukasada.
Berada di ketinggian 200-900 mdpl dalam kawasan nan sejuk dikelilingi perbukitan hijau, membuat masyarakat Witajati tetap giat bekerja di kebun menanam cengkeh yang mulai dikenal sejak akhir tahun 1970-an. Petani cengkeh , cukup banyak ditemukan di wilayah ini karena komoditas ini sangat menjanjikan, menjadi primadona dibanding komoditas lain.
Menurut Ketut Nara, warga menekuni tanaman cengkeh karena meyakini akan bisa meningkatkan kesejahteraan hidup mereka, mengingat pasarnya terbuka luas dan sangat menguntungkan. Bersama kelompok tani lainnya, serius mengembangkan tanaman yang menjadi salah satu bahan baku utama bagi industri rokok kretek.
Meski sempat mengalami kejatuhan harga akibat cuaca kurang bersahabat seperti saat musim hujan pada dua tahun terakhir, namun petani tetap optimis, harga cengkeh tetap memberikan keuntungan bagi petani.
Hal sama disampaikan petani lainnya, Wayan Mara (64), yang memiliki lahan 3 hektar kebun cengkeh.
Disebutkan, saat ini, harga cengkeh masih cukup stabil dan menjanjikan , untuk cengkeh kering perkilogram mencapai Rp95 ribu. Dengan cuaca cukup baik ini, Mara mengaku produksi cengkeh yang dijual ke pesar bisa mencapai 2 ton perhektarnya bahkan lebih.
Ia memperkirakan, jika tidak ada hama atau faktor mampu menghasilkan cengkeh kering hingga 7 ton dari kebun miliknya yang tersebar di sejumlah lokasi.
Bagi warga setempat, menanam cengkeh sudah dilakoni puluhan tahun sehingga sudah mengetahui apa yang harus dilakukan untuk merawat, memelihara termasuk menjaga lingkungan sekitarnya. Lewat bimbingan petugas Dinas Pertanian dan juga mitra bisnis mereka CV Agro Mitra Mandiri, para petani tidak terlalu kesulitan dalam mengembangkan cengkeh termasuk pemasarannya.
“Kalau menjual cengkeh, di sini kami bebas, bisa ke pengepul di Singaraja dan lainnya. Di mana ada harga bagus di situ kami jual,” ucap Mara.
Kepala Dinas Pertanian Buleleng Nyoman Genep mengakui, Desa Selat merupakan salah satu andalan sentra perkebunan Cengkeh yang tetap mampu berproduksi dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Genep yang baru dua bulan menjabat menegaskan, pihaknya masih mempelajari dan terus mengunjungi lapangan dalam melakukan pembinaan kepada petani cengkeh termasuk dalam menyusun kebijakan-kebijakan sektor pertanian yang akan diambil.
“Informasi yang saya terima, dua tahun ini produksi cengkeh lagi tidak bagus, sekarang saat panen raya kami harapkan hasilnya bisa lebih baik dari kemarin, ” ujarnya.
Pada tahun 2015, produksi cengkeh di Buleleng terus menurun sampai 2017. Tahun 2015 produksi cengkeh hampir 4000 ton, tahun 2016 turun menjadi 2000 ton kemudian 2017 semakin menurun menjadi 251 ton lebih, disebabkan karena faktor musim hujan lebat yang mempengaruhi pada pembuahan cengkeh.
Ditegaskannya lagi, komoditas cengkeh telah kontribusi besar bagi PDRB Buleleng demikian juga dengan serapan tenaga kerja khususnya saat terjadinya panen raya.
Guna lebih mendorong sektor perkebunan khususnya cengkeh, pihaknya akan terus meningkatkan sosialisasi dan pemahaman dalam budidaya cengkeh di sejumlah kecamatan di Kabupaten Buleleng.
![]() |
Field Trip media di kebub cengkeh Desa Selat Kabupaten Buleleng |
Dalam kunjungan dan dialog dengan para petani cengkeh, rombongan wartawan yang difasilitasi Aliansi Masyarkat Tembakau Indonesia (AMTI) juga melihat dari dekat bagaimana panen raya cengkeh yang dilakukan kelompok tani setempat dan dihadiri pula Sekjen Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Ketut Budiman.
Dalam kesempatan itu, Hananto Wibisono dari AMTI menegaskan, bersama aliansi petani dan masyarakat lainnya, sejatinya berusaha memberikan pemahaman yang lebih fair dan porporsional terhadap keberdaan petani cengkeh yang telah memberikan kontribusi besar bagi penerimaan pajak.
“Sebenarnya, gerakan ini dilatarbelakangi karena kami dan para petani cengkeh merasa galau dengan resistensi kelompok masyarakat anti rokok yang demikian gencar sehingga kami menyatukan langkah,” katanya.
Pihaknya menghormati mereka yang anti rokok, namun bagaimanapun tidak dipungkiri, cukup banyak petani yang menggantungkan hidupnya dari cengkeh.
Sejatinya, kata Nanto, perjuangan mereka bagaimana sektor perkebunan cengkeh yang menopang industri rokok ini bisa tetap lestari. Pasalnya, tanaman cengkeh merupakan kekayaan alam yang memberikan kesejahteraan bagi petani dan jelas memberikan kontribusi besar bagi penerimaan cukai pajak negara.
Saat hadir dalam field trip bersama wartawan itu Kepala Bidang Perkebunan Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bali Lanang Aryawan menandaskan meyakini jika prospek dan peluang petani cengkeh sangat menjanjikan.
“Harus mulai diubah persepsi bahwa petani itu identik tidak memberikan jaminan masa depan atau miskin. Petani itu profesi yang sangat mulia dan sejahtera hidupnya” tandasnya, Sebagaimana itu bisa dilihat dengan kondisi petani cengkeh di Desa Selat yang secara ekonomi cukup mapan dengan hasil kebun cengkeh mereka.
“Pemerintah Provinsi akan memberikan kebijakan dan alokasi anggaran untuk pemberdayaan petani hingga pendampingan bagi para petani termasuk petani cengkeh di Buleleng,” demikian Lanang. (rhm)