Jakarta – Imam besar Masjid Istiqlal Prof. KH. Nasaruddin Umar,
menyatakan masjid juga harus adaptif dengan lingkungan dan kebencanaan.
Masjid Istiqal dirancang Presiden Sukarno. Di bangun di bekas Taman
Wilhelmina, masjid yang berdiri di atas lahan 12 hektare ini dari waktu ke
waktu makin membanggakan saja. Persis harapan Bung Karno.
Di bawah kepemimpinan imam besar Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA, Ph.D, Istiqlal
terus mengaktualisasikan diri. Usai renovasi yang menelan dana lebih Rp 500
miliar, kini masjid itu makin “kinclong”.
Masjid juga harus adaptif dengan lingkungan dan kebencanaan. Kegiatan terbaru
terkait hal itu, berlangsung Jumat (26/2/2021), yakni peresmian Istiqlal
Disaster Management Center (IDMC).
Hadir dalam kesempatan itu, Menko PMK Prof Muhadjir Effendi dan Kepala
BNPB/Ketua Satgas Covid-19 Letnan Jenderal TNI Doni Monardo dan Ketua LPBI
PBNU M. Ali Yusuf.
Nasaruddin dan Doni memiliki persamaan perhatian terhadap lingkungan hidup.
“Rasulullah sangatlah konsen terhadap alam. Beliau tegas melarang membuang
kotoran ke air yang mengalir,” kata Nasaruddin dalam pidatonya.
Relevan dengan tema acara, semua dalil terkait alam, lingkungan, dan
kebencanaan disitir Nasaruddin dengan baik. Ini membuka cakrawala berpikir
banyak orang, utamanya kaum muslimin yang mayoritas di negeri ini.
Ada kisah menarik yang dilansir Nasaruddin. Selama hidupnya, Nabi menjalani
tak kurang dari 27 kali peperangan.
Suatu hari, di medan perang, Rasul hendak buang hajat. Mengetahui hal itu,
para sahabat hendak menebang pohon untuk menutup dan melindungi Nabi. Tapi,
Rasulullah melarang sahabatnya menebang pohon.
Dengan mukjizat Allah SWT, pohon-pohon di sekitar Nabi bergerak mendekati dan
melindungi Nabi. Nabi begitu menjaga pohon, sehingga pohon-pohon pun
menjaganya.
Mirip pernyataan familiar Doni Monardo dalam banyak kesempatan, “Kita jaga
alam, alam jaga kita”.
Senada dengan kutipan-kutipan hikayat Nabi Besar Muhammad SAW, Nasaruddin dan
pengelola Masjid Istiqlal pun membentuk Istiqlal Disaster Management Center
(IDMC).
“Sudah sering kita ketahui, masjid menjadi salah satu tempat evakuasi
masyarakat yang tertimpa bencana. Itu bagus, tapi belum cukup. Masjid juga
harus mengambil peran lebih di bidang mitigasi kebencanaan,” ujarnya.
Ketua LPBI NU PBNU, M. Ali Yusuf yang memaparkan materi terkait Pengelolaan
Risiko Bencana Berbasis Masyarakat mengapresiasi diluncurkannya IDMC ini,
karena masjid merupakan institusi penting di tengah masyarakat dalam
pengurangan risiko bencana maupun penanggulangan bencana.
Tahun 2011, LPBI NU telah menerbitkan buku Studi Awal Potensi Peran Masjid
dalam Situasi Bencana di Indonesia dan beberapa waktu lalu perwakilan LPBI NU
memberikan masukan pada kegiatan Penyusunan Konsep Fasilitas Ibadah Tangguh
Bencana yang diadakan Direktorat Mitigasi Bencana BNPB di Bogor.
Kepala BNPB Donardo mengaku senang hadir dan menyaksikan peresmian Istiqlal
Disaster Management Center.
Doni sering mengatakan, utamanya saat berbicara di hadapan umat Islam, bahwa
kewajiban manusia tidak hanya menjaga hubungan baik dengan Allah dan sesama
manusia, tetapi juga dengan alam.
Karenanya, konteks kalimat dalam bahasa Arab pun menjadi, hablum minallah,
hablum minannas, dan hablum minal ‘alam.
“Hablum minal ‘alam, maknanya juga memakmurkan lingkungan hidup. Dalam konteks
kebencanaan alam, hal paling utama justru bukan pada penanganan pasca bencana
atau masa tanggap darurat, tetapi justru pada faktor mitigasi.
Faktor pencegahan. Semakin kita memakmurkan lingkungan, semakin alam
bersahabat dengan kita. Kita jaga alam, alam jaga kita,” papar Doni Monardo.
Atas paparan Imam Besar Nasaruddin Umar, Doni mengaitkannya dalam tataran
aplikatif di lapangan.
“Jika ajaran hablum minallah dan hablum minannas sudah sering disampaikan para
ustadz pada da’i, maka kiranya ke depan, bisa ditambakan satu pesan Islami
yang lain, yakni hablum minal ‘alam,” tutup Doni. (rhm)