Melalui Peran Tokoh, Kepala BNPB Ingin Masyarakat Kurangi Risiko Bencana

11 Januari 2019, 22:48 WIB

JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Doni Monardo mengharapkan peran tokoh masyarakat dan agama lebih ditingkatkan dalam membantu memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pengurangan risiko bencana.

Dengan pelibatan semua komponen, kata Doni, semua masyarakat dapat mengetahui dan semakin menyadari untuk mengurangi risiko bencana.

“Jadi harus ada sebuah kepedulian tidak hanya pada tingkat pemerintah provinsi kabupaten, kota tetapi sampai dengan tingkat desa. Kita berharap kepala-kepala desa, kepala kampung, lurah memiliki pengetahuan risiko bencana saat ini,” ucap Doni di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Jawa Barat, Jumat (11/1/2019).

Ia mencontohkan, beberapa tokoh setempat tidak mengetahui bahwa di kawasan selatan Sukabumi merupakan kawasan rawan gempa dan tsunami.

Para tokoh masyarakat, terutama ulama, seminggu sekali saat kotbah atau pengajian, mengingat mayoritas masyarakat Jawa Barat ini beragama Islam, untuk menyisipkan 2 – 3 menit, perhatian kepada alam.

“Kita peduli alam, alam merawat kita,” kata Doni menegaskan. BNPB akan membangun emosi masyarakat agar setiap saat mereka memiliki kepedulian, misalnya pada musim hujan, kewaspadaan kita akan banjir dan tanah lognsor.

Kemudian menjelang musim kemarau, dengan kebakaran hutan. Dan beberapa tempat yang telah diberikan analisis oleh sejumlah pakar, itu juga harus kita antisipasi. Bagamana masyarakat bisa lebih siap.

Harus ditanamkan ke publik bahwa, upaya mencegah jauh lebih mudah daripada melakukan penanganan. “Pencegahan jauh lebih murah dan mudah daripada saat melakukan penanganan,” kata Doni didampingi oleh Kepala BMKG dan PVMBG, serta pejabat kementerian/lembaga di Desa Sirnaresmi.

Saat meninjau desa yang tertimpa longsor pada 31 Desember 2018 lalu itu, Doni menilai masyarakat yang tinggal di wilayah dengan kemiringan 30 derajat tersebut perlu memperhatikan tanaman yang ditanam.

Mereka banyak menanam tanaman sayuran dan padi. Bersamaan kunjungan di kawasan longsor itu, Doni dan komunitas menanam 10.000 bibit vetifer untuk jangka pendek, yang bisa membantu untuk mengurangi risiko bencana.

Selain 10.000 bibit tersebut, BNPB juga menanam 2.500 bibit pohon campuran, seperti tanaman buah dan tanaman keras yang endemik di Jawa Barat.

Penanaman ini sebagai contoh konkret kepedulian terhadap alam sekita dengan harapan banyak masyarakat sadar. Doni mengatakan, “Karena kalau tidak diberikan sebuah pemahaman maka risiko terjadi bencana akan semakin banyak.”

Doni menekankan pihaknya untuk lebih giat, ulet dan massif untuk mengajak semua komponen dalam pengurangan risiko bencana. “Kita semua untuk merawat alam maka alam akan merawat kita. Tanaman buah tadi seperti alpukat dan sukun, sedangkan tanaman keras berupa rasamala, manii, dan kidamar,” sambungnya.

Dalam kesempatan sama, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi,dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa puncak musim hujan di wilayah Jawa Barat masih berlangsung hingga akhir Januari hingga Maret.

Pihaknya akan selalu memberikan informasi perkembangan yang penting, misalnya dengan potensi cuaca ekstrim. Sangat penting untuk mengantisipasi bahaya di musim hujan ini, khususnya di wilayah rawan banjir dan longsor. BMKG dan PVMBG bersinergi untuk memberikan peringatan dini.

“Kami memberikan peringatan dini 3 – 6 hari sebelum terjadi cuaca ekstrim sehingga peringatan dini segera kami kirimkan ke BPBD setempat agar mengkondisikan warga dalam 3 – 6 hari tersebut,” imbuhnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini