Melejitkan Kecerdasan Emosi Karyawan

4 Juli 2019, 12:40 WIB
image search 1562217592871
ilustrasi

Oleh: Budiono M.Pd. dan Dr. Mugi Harsono

Bagaimanapun eksistensi perusahaan dipengaruhi oleh karyawan yang bekerja di dalamnya. Kinerja karyawan punya andil untuk menjadikan keunggulan perusahaan secara berkelanjutan.

Perusahaan memiliki kepentingan terhadap keunggulan kecerdasan emosi karyawan. Emosi yang tertata dan dimanfaatkan dengan baik, memacu produktif kerja. Keunggulan membawa keuntungan berkelanjutan bagi perusahaan.

Kemampuan human resource management dalam mengendalikan kecerdasan emosi sangat berpengaruh pada kinerja setiap karyawan. Semakin bagus kecerdasan emosi karyawan akan memiliki kinerja dalam posisi tertinggi.

Kepedulian dan keterbukaan human resource management untuk mengelola karyawan, memudahkan perusahaan meningkatkan kapasitas dan kualitas karyawan. Hal ini penting, untuk keberlangsungan produktivitas dan secara tidak langsung adalah dividen bagi perusahaan.

Kapasitas dan kecerdasan emosi karyawan untuk mengenali emosi sendiri dan emosi orang lain adalah hal penting.

Kecerdasan emosi berperan untuk memotivasi diri sendiri dan bahkan orang lain. Kecerdasan emosi memiliki kekuatan untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri dan dalam mengelola hubungan dengan orang lain (Goleman, 1998).

Inilah salah satu pondasi kekuatan hubungan personal maupun intra-personal. Kesinambungan hubungan antar personal sesama karyawan dalam perusahaan akan berdampak pada mutu hubungan karyawan baik di dalam maupun di luar perusahaan.

image search 1562217624945
ilustrasi

Hal ini seperti diungkap Bar-on (1997) bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan keterampilan non-kognitif atau kemampuan mental. Kemampuan mental ini membantu seseorang untuk menjadi lebih efisien dalam mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan.

Tuntutan dan tekanan selalu hadir di setiap lingkup kerja dan kreasi karyawan di manapun mereka berada. Di tempat kerja, karyawan harus menunjukkan kerja terbaiknya atas tuntutan perusahaan.

Di luar kerja, mereka sebagai bagian utuh masyarakat perlu menjalin dan menjaga hubungan dengan sesama. Kemampuan kecerdasan emosi inilah yang akan menopang dan menjadi guidenya.

Sebagaimana Goleman dan Bar-on, Gadaf Rexhepi dan Besar Berisha (2017) merekomendasikan organisasi perlu meningkatkan kesadaran kecerdasan emosional sebagai faktor penting yang berdampak pada kinerja.

Upaya-upaya peningkatan kecerdasan emosi bisa dimulai dari hal-hal kecil di tempat kerja sampai pelatihan, training, workshop bahkan simulasi perilaku-perilaku tertentu dalam rangka mencapai keunggulan kompetitif perusahaan yang berkelanjutan.

Oleh karena itu langkah-langkah pada peningkatan kecerdasan emosi menjadi hal penting. Di antara muatan kecerdasan emosi yang harus ditingkatkan antara lain:

Pertama; kesadaran diri. Hal ini meliputi mengenali emosi diri, batas kemampuan dan kelemahan, dan percaya diri akan kekuatan yang dimiliki. Dengan kesadaran ini muncul semangat untuk segera menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tuntutan perusahaan.

Dengan semangat ini muncul harapan yang kuat dan menumbuhkan kepuasan kerja secara bertahap.

Kedua; kemampuan kontrol diri, menjaga diri dalam kejujuran, mempertahankan tanggungjawab dan standar kinerja diri dengan maksimal. Dengan demikian kemampaun adaptasi terhadap lingkungan menjadi sangat kuat.

Jujur dan tanggungjawab menjadi nilai utama bagi karyawan. Keuntungan yang besar bagi perusahaan ketika karyawan memiliki nilai sikap dan tanggungjawab besar.

Ketiga, adanya usaha keras dan motivasi kuat untuk meningkatkan atau memenuhi standar keunggulan perusahaan. Memiliki tingkat kesiapan berproduksi dan berkreasi untuk keunggulan perusahaan.

Memiliki optimisitis yang tinggi dalam mengejar tujuan perusahaan, meskipun mengalami hambatan dan tantangan yang tidak ringan. Kecerdasan emosi menjadi titian menunaikan ketugasan dengan baik. Kewajiban kerja menjadi terasa lebih ringan, dan komitmen semakin tertanam.

Keempat, memahami kondisi perasaan orang lain dan berusaha menyadari kondisinya. Dengan demikian muncul empati dan tanggungjawab untuk saling mendorong dan memajukan kepentingan bersama. Hal ini mampu mencegah dari sifat egois dan tidak bertanggungjawab.

Mereka juga tidak akan membiarkan orang lain terlantar secara fisik maupun psikis. Setiap perbedaan kondisi emosi orang menjadi peluang untuk berkontribusi menjaga hubungan antar sesama.

Kelima, kemampuan sosial untuk digunakan sebagai cara untuk mempengaruhi orang lain dengan cara yang meyakinkan. Kemampuan untuk mengubah cara pandang yang benar dan menguntungkan baik secara pribadi ataupun perusahaan.

Kemampuan untuk mendengar dan memahami perbedaan, sehingga mampu mengambil jalan tengah untuk kepentingan bersama. Beberapa masalah penting mampu diselesaikan dengan negoisasi yang ‘lembut’.

Dengan demikian kelompok atau hubungan antar personal bisa terarah dan terbimbing. Segala bentuk hubungan dan pensikapan terhadap perubahan komunikasi dan lingkungan mengarah pada pencapaian tujuan bersama.

Penulis:

Budiono, Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Manajemen Universitas Teknologi Yogyakarta.

Mugi Harsono, Dosen Faklutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Berita Lainnya

Terkini