Mendikbudristek Satryo: Guru Harus Jadi Pionir Inovasi Pembelajaran untuk Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Daerah

Mendikbudristek Satryo Soemantri Brodjonegoro angkat suara soal rendahnya tingkat literasi anak Indonesia. Apa langkah selanjutnya?

24 Januari 2025, 22:49 WIB

Yogyakarta – Dalam pidatonya pada acara pelantikan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode 2025-2030, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, menyampaikan data yang mengkhawatirkan terkait tingkat literasi anak Indonesia.

Satryo Soemantri Brodjonegoro menyatakan, berdasarkan hasil studi komparatif, kemampuan literasi anak Indonesia, baik dalam numerasi, membaca, maupun sains, menempati peringkat kedua terendah dari 69 negara yang menjadi sampel penelitian.

Pernyataan ini disampaikan pada hari Jumat, 24 Januari 2025, di Auditorium UNY.

Rendahnya tingkat literasi, menurut Mendikbudristek, akan menjadi batu sandungan bagi Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan.

Ia berharap generasi muda yang memiliki literasi tinggi dapat menjadi motor penggerak perubahan.

Menurut Satryo, salah satu indikator utama kemajuan suatu negara adalah tingkat literasi penduduknya.

Institusi pendidikan, kata dia, baik sekolah maupun perguruan tinggi, memiliki peran krusial dalam menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan literasi tinggi, yang pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan produktivitas nasional.

Mendikbudristek Satryo mendorong para pendidik untuk menerapkan pendekatan inovatif dalam pembelajaran guna menggali potensi kreativitas siswa, terutama di Papua.

Kesenjangan pendidikan di Papua menjadi perhatiannya untuk itu dia menekankan bahwa semua anak, termasuk anak-anak Papua, memiliki potensi yang sama untuk berkembang.

Satryo menyarankan agar para pendidik mengadopsi pendekatan pembelajaran yang disesuaikan dengan konteks lokal.

Ditekankan juga pentingnya pengembangan metode pembelajaran yang inovatif dan relevan untuk menggali potensi siswa, terutama di daerah-daerah yang memiliki karakteristik unik seperti Papua.

“Jadi tidak jangan hanya mengandalkan kaidah-kaidah atau teori-teori yang selama ini dikenal atau melekat dengan teman-teman pendidik, kita harus punya terobosan baru,” tandasnya. ***

Berita Lainnya

Terkini