Bantul -Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menjelaskan pembelian gabah sebesar Rp5.500 per kg seperti yang di Kabupaten Bantul Yogyakarta bisa menyebabkan kerugian besar hingga 25 triliun rupiah.
Hal itu diingatkan Mentan Amran saat mendampingi kunjungan kerja panen raya Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Soeharto di Kabupaten Bantul, Rabu 15 Januari 2025.
Lebih lanjut, Mentan Amran menilai pembelian gabah sebesar Rp5.500 seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten Bantul bisa menyebabkan kerugian besar hingga 25 triliun rupiah.
“Lantaran terdapat selisih sebesar Rp1.000 perkilogram,” ungkap Amran Sulaiman.
Andi Amran Sulaiman kembali menekankan target swasembada bisa bermasalah apabila Bulog tidak mampu melakukan penyerapan gabah petani secara maksimal, yakni dengan ketentuan harga HP sebesar Rp6.500 perkilogram.
Serap gabah adalah sebagai kunci untuk swasembada.
“Kenapa? Karena serap gabah bermasalah, target swasembada juga akan terancam,” ujar Mentan Amran
Pembelian gabah sebesar Rp5.500 seperti yang terjadi saat ini di Kabupaten Bantul bisa menyebabkan kerugian besar hingga 25 triliun rupiah lantaran terdapat selisih sebesar Rp1.000 perkilogram.
Terjadi selisih Rp1.000 itu besar karena rencana target panen kita 25 juta ton.
“Artinya apa? Petani bisa kehilangan pendapatan petani hingga Rp25 triliun,” sebutnya.
Pihaknya mendengar langsung dari petani harganya Rp5.500. Artinya apa? Kalau selama 4 bulan ini panen puncak harganya dibawah HPP, ini bisa berdampak pada kerugian.
Anggaran sektor pangan yang diberikan negara untuk membantu petani dikhawatirkan akan sia-sia. Pasalnya, penyerapan maksimal itu adalah jalan satu-satunya yang harus dilakukan saat ini.
Anggaran APBN yang sebesar kurang lebih 145 triliun itu akan sia-sia apabila serapannya Rp5.500.
“Karenanya peran Bulog sangat strategis, Bulog harus kerja keras untuk menyerap gabah petani karena ini adalah perintah Bapak Presiden yang tidak bisa ditawar. Wajib diserap selama gabah ada dan tidak boleh dibawah Rp6.500,” jelas Mentan Amran.
Sejauh ini, pemerintah telah memberi berbagai bantuan dan fasilitas sarana prasarana produksi yang cukup masif yakni diantaranya adalah kenaikan volume pupuk yang mencapai 9,5 juta ton dan juga bantuan benih serta normalisasi irigasi yang dikerjakan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
Syukurnya, sekarang ini irigasi selesai, traktor, benih, pengolahan tanah, pupuk juga sudah diberesin.
“Jadi tinggal serap gabah yang perlu dilakukan,” demikian Mentan Amran.***