Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono terus mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat. |
Indramayu – Salah satu cara untuk meningkatkan daya jual produk yang
dihasilkan koperasi petambah garam. dengan menyiapkan garam dalam bentuk
kemasan agar bisa langsung dijual ke pasar.
Hal itu disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono yang
terus mendorong koperasi petambak garam di Indramayu, Jawa Barat.
Produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada tahun lalu.
Namun penyerapannya belum menyeluruh sebab garam yang dihasilkan kelompok
petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam
kemasan.
Hasilnya, setiap tahun ada saja garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik
juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan. Untuk produksi tahun
lalu misalnya, masih ada sekitar 37.000 ton garam yang sampai sekarang
tersimpan di gudang-gudang pergaraman yang ada di Cirebon.
“Kalau gitu dikemas supaya bisa langsung dijual ke pasar, bukan hanya dijual
ke pabrik,” ujar Menteri Trenggono saat mengunjungi washing plant di Kecamatan
Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Minggu (14/3/2021).
Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan
saat ini penjualan masih bergantung kebutuhan pabrik sebab perizinan untuk
mendukung produksi garam kemasan sedang diurus. Salah satunya izin edar dari
BPOM.
Pihaknya juga membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang
diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi sehingga tidak kalah dengan
garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar.
“Perizinan sedang diurus pak,” ujar Amin saat berdialog dengan Menteri
Trenggono.
Untuk washing plant atau unit pengolahan garam di Kecamatan Krangkeng
merupakan bantuan pemerintah pusat melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan
untuk mendorong produktivitas garam lokal Indramayu.
Washing plant berdiri tahun lalu dan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi
Nasional. Kapasitas produksi washing plant ini mencapai 20 ton per hari.
Sedangkan garam yang dihasilkan nilainya mencapai Rp1.800 per kilogram.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Tb Haeru Rahayu mengatakan, washing
plant ini terbukti mendorong produktivitas pergaraman di Indramayu.
Tadinya, petambak mengeluhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding harga
jual garam. Namun saat ini mereka bisa mendapat keuntungan hingga Rp600 per
kilogram garam yang dihasilkan.
“Selain itu, garam yang dihasilkan juga higienis karena prosesnya menggunakan
sentuhan teknologi,” imbuhnya. (rhm)