![]() |
Kemunculan Penyu Duyung di Pantai Lowita Pinrang./ist |
Jakarta-Kelompok masyarakat konservasi melihat kejadian langka kemunculan 3 ekor penyu duyung (Dugong dugong) di perairan pantai Lowita,Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, pada Jum’at (24/7/2020).
Kemudian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Makassar dengan melakukan pemantauan dan penyadartahuan di lokasi kemunculan.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) Aryo Hanggono menjelaskan kegiatan pemantauan dan penyadartahuan yang dilakukan sebagai dari Rencana Aksi Nasional (RAN) konservasi mamalia laut di Indonesia yang telah ditetapkan KKP melalui Kepmen KP 79/2018.
“Duyung merupakan mamalia laut yang langka dan termasuk dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan kategori Vulnerable. Pemerintah telah menetapkan statusnya sebagai biota laut yang dilindungi,” jelas Aryo saat memberi keterangan di Jakarta (28/7/2020).
Aryo mengungkapkan duyung juga merupakan hewan yang pemalu dan memiliki kecenderungan bersembunyi ketika didekati ,keberadaan duyung dideteksi dengan memantau kebaradaan sumber makanannya berupa lamun.
“Duyung hidup berasosiasi secara khusus dengan ekosistem lamun sebagai habitat pakannya. Di Indonesia, duyung dapat dijumpai di perairan Bintan, Kep. Mentawai, Bangka, Kotawaringin Barat, Alor, Toli-Toli, Halmahera, Sorong, Fak-Fak,” ungkapnya.
Informasi kemunculan duyung di pantai Lowita dilaporkan oleh ketua kelompok masyarakat Konservasi Madani, bapak Andi Zulfikar Saad pukul 11 pagi menjelang siang dan duyung yang muncul sebanyak 3 ekor dengan perkiraan panjang 3 meter.
Saat dijumpai tim pemantauan BPSPL Makassar di lokasi, beliau menyampaikan sejak pagi duyung terlihat lagi beberapa kali. Menurutnya, duyung muncul ke permukaan rata-rata 4 menit sekali.
Sementara itu , Kepala BPSPL Makassar Andry Indryasworo Sukmoputro menyampaikan berdasarkan hasil pengamatan kemunculan duyung selama beberapa hari ini dapat diindikasikan bahwa pantai tersebut bisa jadi habitat duyung.
“Banyak hal yang harus dikaji lebih lanjut untuk memastikan pantai ini merupakan habitat duyung. Maka dari itu, kita mencoba melakukan pengamatan dengan pencatatan kemunculan, pengambilan beberapa sampel lamun, dan dokumentasi hamparan lamun untuk mengidentifikasi apakah ditemukan ‘feeding track’ dari duyung pada hamparan lamun tersebut,” tutur Andry(lif)