BNPB monev perkembangan riset kebencanaan di Provinsi Bali./Dok.BNPB. |
Denpasar– BNPB bersama BPBD Provinsi Bali menyelenggarakan monitoring dan evaluasi (monev) perkembangan riset kebencanaan di Provinsi Bali yang merupakan dukungan nasional terhadap penyelenggaraan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) yang akan dilaksanakan di Bali pada 2022.
Kegiatan dibuka oleh Drs. I Made Rentin, AP, M.Si. selaku Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali dan dihadiri oleh BNPB, BRIN, Bappeda, Dinas Pariwisata, Diskominfo, Siap Siaga Regional Bali, dan perwakilan dari organisasi perangkat daerah (OPD) dan mitra terkait penanggulangan bencana di Bali.
Ada 49 riset dari 23 perguruan tinggi di Indonesia yang sudah diimplementasikan dengan fokus pada 5 tema besar yakni ekonomi dan pemberdayaan masyarakat, kebijakan publik, kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, serta sosial budaya.
Dalam sambutan, Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali I Made Rentin menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada BNPB dan para pihak yang terkait dalam kegiatan ini.
Saat ini beberapa sektor sudah mulai relaksasi. Kami harap dengan adanya relaksasi dari pemerintah pusat semoga menjadi angin baik dan pertanda bagus bagi perkembangan dan pertumbuhan perekonomian di Bali di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Kegiatan riset kebencanaan dalam Ideathon Bali Kembali sangat strategis bagi keberlangsungan Bali,” ujar I Made Rentin dikutip dari siaran pers.
Ia menambahkan, “We are Ready to Back. Kita Siap untuk Kembali, Bali Bangkit Bali Kembali.”
Sementara itu, Dr. Udrekh, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Risiko Bencana BNPB memaparkan hasil kegiatan riset dengan pelibatan perguruan tinggi untuk pemulihan Bali.
Udrekh sangat mengapresiasi kegiatan riset ini karena menurutnya semua peserta menargetkan supaya karya yang telah dibuat dapat terpublikasi di tingkat internasional.
Riset ini juga merupakan hasil prototipe untuk membangun Bali kembali saat pandemi Covid-19.
“Penelitian ditargetkan selesai pada bulan November, dan penelitian ini akan dijahit untuk dijadikan sebagai rekomendasi kebijakan penanganan Covid-19 yang berbasis riset,” terang Udrekh.
Dalam paparan, Udrekh menyampaikan kesimpulan hasil monev riset kebencanaa, di antaranya yaitu Peran perguruan tinggi membantu memberikan identifikasi, data spesifik dan dampingan dari setiap lokus daerah.
Solusi dan penanganan terhadap masalah yang terjadi di masyarakat maupun desa dapat lebih cepat dilakukan dan terbukti dapat diterima oleh masyarakat, Perguruan tinggi berperan sebagai bridging of gap antara ilmu pengetahuan dan masyarakat serta pemerintah.
Kekuatan sosial dan budaya pada masyarakat Bali perlu diperkuat bukan semata-mata untuk kepentingan pariwisata namun untuk menjaga nilai Tri Hita Karana di masyarakat untuk membangun ketangguhan terhadap bencana.
Hal ini perlu dimanfaatkan dan didampingi oleh pemerintah daerah untuk mendukung program daerah yang tepat sasaran.(Miftach Alifi)