Kabarnusa.com – Pementasan music perkusi Cahya Art di ajang tahunan Nusa
Dua Fiesta (NDF) yang menyuarakan pesan bahwa perbedaan jangan selalu
diperdebatkan dan mesti dihargai karena bersatu dalam perbedaan sangatlah indah
memukau ribuan pengunjung.
Pesan yang tersirat dalam pementasan music perkusi yang dibawakan oleh
Cahya Art di ajang tahunan Nusa Dua Fiesta (NDF) di Pulau Peninsula, Kabupaten Badung pada Sabtu (10/10/2015) malam.
Sanggar seni pimpinan Ketut Lanus itu menampilkan permainan music tradisi
dari berbagai daerah di Tanah Air.
Lantunan nada-nada indah nan merdu dari setiap gamelan itu diolah menjadi
jalinan melodi indah yang damai.
Cahya Art tak dalam penampilannya tidak hanya mengedepankan teknik bermain
musik, tetapi juga mengutamakan lagu-lagu khas.
Setiap lagu yang dibawakan, tidak hanya mengedepankan jalinan melodi,
tetapi juga permainan ritme dan tempo.
Bahkan, kesan music Jawa, Sumatera, Bali ataupun Papua tidak saling
menonjol, melainkan saling mengisi melengkapi sehingga memiliki warna beda.
Tak ayal, ramuan jenis musik ini seolah menciptakan sebuah pakem musik baru
yang memberi warna baru dalam blantika musik.
Penampilan mereka bukan merupakan sajian komposisi murni, melainkan
kolaborasi antara music, tembang dan narasi.
Pengunjung benar benar terhibur, tak hanya hanya tampak dari pada para
pemain gamelan, tetapi penonton. baik masyarakat lokal hingga wisatawan
mancanegara larut dalam suasana damai nan berkesan yang dihadirkan dalam aksi
mereka.
Tak sedikit, penonton yang keranijingan dengan menggerak-gerakan tangan
mengikuti irama lagu.
“Is very good,” demikian kata
pasangan wisatawan asing yang menyaksikan pertunjukan Perkusi Nusantara itu.
Belasan seniman lokal Bali memperkuat alat musik berbagai daerah, tetapi
juga mengenakan busana khas daerah.
Pemandangan itu menunjukkan kebhinekaan tak hanya dalam sisi luar, tetapi
juga jauh ke dalam
Alat musik yang dimainkan seperti kendang belig dari Lombok, tifa dari
Papua, rebana dari Sumatera, kendang Bali, gamelan Jawa dan kendang Sunda (Jawa
barat).
Diperkaya dengan alat music modern seperti gitar dan keyboard.“Kami lebih
menekankan pada nuansa music nusantara baik dalam bentuk lagu, melodi dan
lainnya,” jelas Lanus.
Cahya Art menampilkan tiga garapan musik dan satu garapan tari dari enam
garapan yang ditampilkan. Diawali garapan musik bertajuk Liuk yang
terinspirasi dari gerakan-gerakan pohon kekanan dan kekiri.
Gerakannya meliuk-liuk indah dan lembut seakan menggoda burung. Garapan ini
direspon dengan tembang-tembang klasik berbahasa Indonesia.
Ada juga Tari Maha Puja mengisahkan rasa puji syukur yang tiada tara atas
segala anugrah yang telah dilimpahkan di duni ini.
Sebanyak 9 orang penari wanita dengan busana bernuansa putih suci. Tari ini
juga dipadu dengan narasi untuk mempertegas maksud kebhinekaan yang ingin
disampaikan.
Pesan nusatara, menghargai perbedaan dengan memuja keindahan dipercaya
dapat menciptakan persatuan yang damai. (rhm)