Tabanan — Perusahaan manajemen properti terkemuka di Bali, Nakula, meluncurkan proyek rintisan keberlanjutan di Amarta Beach Retreat, Tabanan, sebagai langkah nyata menghadirkan pariwisata yang lebih bertanggung jawab.
Proyek ini memadukan desain ramah lingkungan, inovasi teknologi, dan kolaborasi dengan masyarakat untuk membangun model pariwisata berkelanjutan yang bisa direplikasi lebih luas.
Berdiri di atas lahan seluas 12.000 meter persegi dengan hanya 40 persen area yang dikembangkan, Amarta menjadikan prinsip zero-waste sebagai fondasi.
Salah satu langkah kunci adalah menggandeng Z Bio, start-up bioteknologi asal Bali yang mengolah limbah makanan menjadi pakan ternak berprotein tinggi dan pupuk organik melalui pemanfaatan larva black soldier fly.
Tak berhenti di area resor, inisiatif ini juga melibatkan Desa Tibubiu melalui bank sampah organik Amarta, sehingga sistem sirkular yang dibangun mampu memberdayakan warga dan pelaku usaha lokal.
Sejak Desember 2024 hingga Juni 2025, Amarta bersama Z Bio berhasil mengolah lebih dari 1 ton limbah makanan—mencegah emisi setara 2,1 ton CO₂ sekaligus mengalihkan sampah organik dari TPA.
Kini, Z Bio mengolah sekitar 2 ton limbah makanan per hari dari berbagai mitra di Bali, menghasilkan sekitar 300 kilogram pakan ramah lingkungan.
Kapasitas itu ditargetkan naik hingga 12 ton per hari pada Desember 2025, membuka peluang besar solusi black soldier fly untuk menjawab persoalan limbah organik di Bali.
CEO Nakula Christian Sunjoto berharap langkah ini bisa menginspirasi pelaku usaha lain, bukan hanya di Tabanan, tetapi juga di seluruh Indonesia, untuk melihat potensi solusi black soldier fly.
“Metode ini terbukti praktis dan efektif dalam mengelola limbah makanan secara bertanggung jawab. Kami juga berharap pemerintah ikut mendukung, agar perubahan perilaku bisa terwujud bersama,” kata Christian kepada media, Senin 6 Oktober 2025.
Selain pengelolaan limbah, Amarta juga berinvestasi pada energi bersih. Bekerja sama dengan InniSolar, resor ini telah memasang panel surya berkapasitas 45,8 kWp yang menghasilkan sekitar 60.000 kWh energi setiap tahun dan mengurangi lebih dari 55.000 kilogram emisi CO₂.
Dari total tersebut, 19,4 kWp didukung oleh Sustainable Energy Fund (SEF), sebuah program yang digagas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral bersama UNDP.
Kapasitas di Amarta akan diperluas menjadi 72,4 kWp pada akhir 2025 dengan produksi sekitar 100 MWh energi terbarukan setiap tahun.
Selain itu, desain smart architectural memaksimalkan pencahayaan alami dan sirkulasi udara.
Tamu juga dapat menikmati pengalaman tanpa penggunaan plastik sekali pakai dengan fasilitas isi ulang di seluruh resor, kebijakan yang berlaku di seluruh portofolio 77+ properti Nakula.
“Bali menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah, baik plastik maupun organik. Ini tanggung jawab bersama, dan jika kita bergerak bersama, dampaknya akan jauh lebih nyata,” tambah Christian.
Sejalan dengan komitmen people over profit, 90 persen tim Amarta direkrut dari Tabanan, sementara 20 persen kebutuhan pangan segar dipasok dari wilayah sekitar.
Amarta juga aktif mendukung kegiatan budaya, mulai dari latihan tari tradisional untuk remaja, pertunjukan seni bersama Sanggar Seni, hingga penyelenggaraan Amarta Art Festival.
Kata Christian keberlanjutan sosial dan budaya sama pentingnya dengan lingkungan. Jika masyarakat tidak bisa hidup layak, tidak akan ada yang peduli dengan sampah.
Bagi Nakula, keberlanjutan bukan sekadar proyek jangka pendek, melainkan perjalanan panjang. “Mengukur kontribusi kami terhadap lingkungan membuat tim lebih semangat untuk terus berkembang. Dampaknya terasa dalam tindakan kecil sehari-hari,” tutur Christian.
Amarta mungkin menjadi pilot project pertama Nakula, namun bukan yang terakhir. Tim sudah mulai menjajaki bagaimana prinsip serupa dapat diterapkan di portofolio lainnya, termasuk vila-vila stand alone, dengan pendekatan yang tetap melokal dan berbasis kolaborasi jangka panjang.
“Kalau kita ingin pariwisata tetap bertumbuh, kita harus menjaga apa yang membuat Bali selalu layak untuk dikunjungi,” tutur Christian.
Nakula didirikan pada 2012, merupakan perusahaan manajemen properti dan perhotelan yang berbasis di Bali, mengkhususkan diri pada pengelolaan vila mewah, kompleks vila, dan hotel butik.
Dengan lebih dari 77 properti di destinasi utama Bali, Nakula menawarkan layanan menyeluruh bagi pemilik properti yang menginginkan performa operasional unggul dan profitabilitas jangka panjang.
Melalui model bisnis berbasis pembagian keuntungan bersih (profit-sharing), Nakula memastikan keberhasilan perusahaan berjalan beriringan dengan kesuksesan mitra properti.
Semua fungsi inti—mulai dari pemasaran hingga operasional harian—dikelola secara internal, menjamin konsistensi dan efisiensi. Seluruh tim Nakula berasal dari Indonesia dan berbasis di Bali, membawa pemahaman lokal yang tajam serta kemampuan onboarding properti secara cepat.
Sebagai entitas yang bertanggung jawab, Nakula berkomitmen terhadap praktik ramah lingkungan, pelestarian budaya Bali, serta menciptakan pengalaman menginap yang berkesan sekaligus bermakna.***