![]() |
Presiden Joko Widodo memberikan arahan dalam Kongres Indonesia Millenial Movement 2018 di Istana Kepresidenan Bogor/foto: biro pers setpres |
BOGOR – Presiden Joko Widodo mengaku prihatin dengan konten media sosial belakangan ini yang berisi hujatan dan ujaran kebencian yang disebabkan praktek politik yang saling membenturkan antar-kelompok masyarakat.
“Coba dilihat di media sosial isinya seperti apa. Ini pengaruh politik yang isinya sering mengaduk-aduk kita. Sering muncul intoleransi karena dibentur-benturkan. Ini yang sering saya sampaikan, berbahaya sekali,” kata Presiden di depan peserta Kongres Indonesia Millennial Movement Tahun 2018 di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin (12/11/2018).
Dia elanjutkan, bila masyarakat terus dibiarkan berlarut dalam kondisi itu, bisa jadi bangsa Indonesia akan kesulitan menghadapi tantangan yang sudah ada di depan mata. Menurutnya, revolusi industri keempat yang sudah terjadi menyebabkan banyak lanskap kehidupan yang berubah. Hal itu harus segera direspons oleh masyarakat agar mampu menghadapi perubahan.
Kongres tersebut, bertepatan Hari Pahlawan 10 November, diselenggarakan Maarif Institute for Culture and Humanity. Diharapkan, melalui kongres tersebut, para generasi milenial Indonesia berkomitmen untuk mempromosikan perdamaian dan pencegahan ekstremisme serta kekerasan.
Deklarasi yang terdiri atas 6 butir sebagai hasil kongres dibacakan di hadapan Presiden Joko Widodo. “Inilah yang terus harus kita waspadai, jangan sampai perubahan-perubahan ini membawa kita ke dalam intoleransi, ke dalam ekstremisme yang sangat berlebihan,” ucapnya.
Jokowi mengapresiasi apa yang sudah dilakukan Maarif Institute dengan kongres yang diselenggarakannya. Dengan peran aktif serupa, Presiden merasa yakin akan lebih banyak pihak yang tergerak untuk membawa negara ini kepada kemajuan.
Hanya saja, tetap dengan cara-cara yang sejuk, yang baik. Dia selalu menyampaikan, agar masyarakat hijrah dari ujaran-ujaran kebencian pada ujaran-ujaran kebenaran, hijrah dari pesimisme ke optimisme.
“Hijrah dari pola-pola yang konsumtif ke produktif, hijrah dari kegaduhan-kegaduhan ke persatuan dan kerukunan. Karena itulah yang dibutuhkan,” tandasnya. (rhm)