NKRI Harga Mati, Gubernur Bali Ingatkan Bahaya Isu Rasisme

6 Juni 2016, 16:51 WIB
pastika%2Bmade
Gubernur Bali Made Mangku Pastika (dok.kabarnusa)

Kabarnusa.com – Gubernur Bali Made Mangku Pastika menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sudah menjadi harga mati tak bisa ditawar lagi karenanya masyarakat diingatkan agar mewaspadai bahaya isu rasisme.

Masalah isu rasisme kembali menyeruak sebagaimana disinggung dalam Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana Niti Mandala Denpasar, Minggu 5 Juni 2016,  

Awalnya, tokoh muda yang mantan Komosioner KPU, I Gusti Putu Artha menyoroti berbagai persoalan kekikian, seperti pecahnya bentrok ormas yang dianggapnya telah menjauhkan Bali sebagai Pulau yang aman.

Artha mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu mawas diri dan kembali ke jati diri masyarakat Bali sebenarnya.

Mereka mengkhawatirkan dengan adanya pihak luar yang memprovokasi dan banyak anak muda yang tidak mengerti malah ikut tersulut.

Gusti Putu Artha menyarankan agar segera diadakan pertemuan yang mengundang bupati/walikota serta unsur TNI Polri yang diikuti oleh segenap anggota ormas untuk membuat kesepakatan.

Artha kemudian menyodok kesadaran masyarakat, dengan isu yang cukup meresahkan akhir-akhir ini yakni isu agama dan rasis yang banyak beredar terutama di media sosial.

Dia menyayangkan isu yang berkembang, terlebih jika dimanfaatkan untuk kepentingan politik semata.

“Di seluruh dunia, agama adalah isu yang paling ampuh untuk dijual demi kepentingan politik, dan saya takut hal itu terjadi,” tandasnya dalam laman birohumas.baliprov.go.id. Masyarakat, harus berkaca dari tragedi Poso dan Sampit, perlu bertahun-tahun untuk memulihkan situasi dan hingga sekarang masyarakat masih trauma.

“Saya tidak ingin itu terjadi di Bali,” tegas Arta meningatkan.

Harga NKRI itu sangat mahal, karenanya Artha mengajak masyarakat terutama anak muda untuk terus menjaganya.

Dia berharap masyarakat tetap cerdas dalam menyalurkan aspirasi politik, juga pintar menilai rekam jejak setiap tokoh politik. 

Selain itu, menggugah masyarakat untuk bahwa kita bersudara di bawah naungan NKRI dan Pancasila.

Sejarah mencatat ketika Bali diserang Raja Badung memerintahkan warga Badung yang beragama Islam untuk memberikan perlawanan.

“Begitu juga Raja karangasem yang menjadikan warga Bali beragama Islam menjadi tameng serangan laut kolonial, sehingga kita kenal istilah Nyame Selam, jangan sampai kondisi Bali chaos hanya gara-gara ambisi satu orang,” tegasnya.

Hal sama ditegaskan Pastika,’dia mengingatkan, warga Hindu tidak hanya berada di Bali tapi di lura Bali juga.

“Saya hanya ingin mengatakan, 10 juta warga Hindu, separohnya ada di luar Bali, jadi jika anda semua rasis di sini, pikirkan saudara kita di luar sana, belum lagi warga Hindu non Bali.

Pesan saya hanya satu, NKRI harga mati dan Pancasila landasan kita sepenuhnya,” tutup Pastika. (kto)

Artikel Lainnya

Terkini