Nyalon DPD RI, Inilah Sosok “KERIS” di Mata Warga Bali

Ketut Putra Ismaya Jaya yang kini dipopulerkan dengan sapaan "KERIS" kian menjadi perbincangan lantaran langkahnya maju sebagai calon Dewan Perwaki

16 Juli 2018, 07:39 WIB

Denpasar– Nama Ketut Putra Ismaya Jaya yang kini dipopulerkan dengan sapaan “KERIS” kian menjadi perbincangan lantaran langkahnya maju sebagai calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia untuk daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Bali.

Dunia dunia politik terbilang baru bagi tokoh salah satu ormas terbesar di Bali ini yang digadang-gadang bisa bersaing dengan tokoh-tokoh lainnya menjadi senator.

Nama kepala cabang salah satu perusahaan multinasional di bidang leasing (pembiayaan kredit) ini dikenal aktif dalam berbagai organisasi sosial kemasyarakatan. Salah satunya duduk sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) Ormas Laskar Bali yang memiliki puluhan ribu anggota.

Aktivitasnya dalam bidang sosial kemasyarakatan ini membuatnya diri memiliki pergaulan luas dari berbagai macam kalangan.

Dalam pandangan salah satu kolega, Yudi Janwar Pratama  telah belasan tahun mengenal sosok yang dikenal tegas dan teguh dalam membela nilai-nilai yang diyakininya benar.

Begitu mengetahui KERIS maju mencalonkan diri sebagai senator, Yudi terpanggil untuk bergabung sebagai tim pemenangan sahabatnya itu.

“Beliau tidak pernah membedakan suku, ras dan agama dalam berteman. Semua bagi beliau dianggap sebagai saudara. Buktinya saya yang beragama muslim, sudah seperti saudara bagi beliau,” tegas dia baru-baru ini.

Senada dengan Yudi, Komang Didik, seorang warga Denpasar lainnya juga bergabung menjadi relawan KERIS karena sudah mengenal sosok Ismaya sebagai tokoh muda sangat merakyat  dan teguh dalam pendirian dan memegang komitmen.

“Sosoknya sangat identik dengan ciri khas saput poleng dan pakaian poleng merah, putih dan hitam. Itu sudah pasti KERIS (Ketut Putra Ismaya), saya tahu dari Facebook,” ucapnya .

Kesan positif juga dilontarkan Ketua Penasehat Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Partai Berkarya Bali, Brigjen Pol (Purn) Dewa Bagus Made Suharya.

Menurut Suharya,  ketokohan “KERIS” terbentuk secara alamiah, dan nama “KERIS” mengartikan simbul budaya dan senjatanya para taja serta kesatria.

Mantan Kapolresta Denpasar ini mengaku sering membaca di media massa ketokohan serta visi misinya.

“Saya tahu beliau bisa diandalkan dalam membela hak-hak rakyat. Kenapa berani saya katakan ini karena kita sudah lihat sendiri penggagas berdamainya Ormas Laskar Bali dan Baladika Bali, iya Ismaya atau  KERIS. Bukan yang lain. Saya sangat tahu persis komitmen dan sempat bertukar pikiran dengan beliau,” tegasnya.

Satu ini, ia meyakini sosok satu ini dipastikan akan melaju ke Pusat, akan bisa berbuatnya banyak untuk daerah Bali. Tanda-tandanya bisa dilihat dari dukungan yang mengalir dari berbagai komponen masyarakat. “Ia adalah salah satu putra terbaik Bali yang memiliki komitmen Nindihin Gumi Bali,” tambahnya.

Kini, setelah resmi maju sebagai calon DPD, dukungan dari berbagai komponen masyarakat dan tokoh  lintas agama terus mengalir untuk pria yang vokal membela taksu Bali ini.

Atas dukungan masyarakat, Ismaya mengucapkan terimakasih dan itu semua tak lepas atas kehendak dan restu dari Ida Betara-Betari Sesuhunan.

Ismaya berkisah, ketika menyampaikan keinginan pertama maju ke DPD RI, lagi tidak punya uang tapi ingin berbuat. Begitu Piodalan Puncak Karya di Pura Pasar Agung, Gunung Agung  dia memanjatkan doa.

“Seandainya akan merusak Bali dan menjadi korupsi,  mohon Ida Betara Lingsir ring Gunung Agung sampunang ngicen tiyang pemargi, namun len tiyang jagi patut dados ngayah mecikang gumi Bali,  icen tiyang pemargi mangde wenten nyarengin tiyang ngayahin gumi Bali,” ucapnya.

Hadir dengan 9 program ” Dewata Nawa Sanga”, ia berharap bisa meningkatkan nilai-nilai keragaman berbangsa dan bernegara dalam  mempertahankan budaya agama agar jangan sampai tinggal sejarah saja.

Dalam agama Hindu pernah ada di Nusantara ini, bila tidak peduli dengan agama Hindu maka tinggal sejarah saja, dan harus bisa bertoleransi antar umat beragama di Bali karena semua dalam bingkai NKRI.

“Semoga ini menjadi contoh bagi generasi muda untuk bangkit bersama sama demi Bali yang NKRI,” demikian Ismaya. (*)

Artikel Lainnya

Terkini