Denpasar – Komunitas Malu Dong dengan bangga mengadakan acara rangkaian utang tahun ke-16 tahun dengan pameran seni rupa bertajuk “Seni untuk perubahan: Merayakan Keindahan Alam Bali” yang akan digelar di Sudakara Artspace pada 10 April 2025.
Pameran istimewa ini merupakan hasil kolaborasi antara komunitas dan seniman tokal Bali, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan isu lingkungan, khususnya masalah polusi plastik yang semakin meningkat di Bali.
Pameran dengan berkolaborasi bersama 13 seniman tokat di Sudakara Artspace, Sudamata Resort, Sanur ini bertemakan “Nyampaht”, yang mengangkat filosofi sapu lidi sebagai simbol persatuan dan kekuatan kolektif dalam menghadapi persoalan sampah di Bali.

Sapu tidi, yang terbuat dari fidi pelepah pohon kelapa atau aren, menggambarkan kebersihan dan ramah Engkungan, serta pentingnya membersihkan sampah bersama-sama: termasuk pemerintah, pebisnis, seniman, dan masyarakat.
Sebelumnya, Malu Dong Komunitas telah menggelar berbagai kegiatan dalam rangka #Menuju16TahunMaluDong, seperti membersihkan pantai, sawah, gunung, desa, serta mengedukasi pelajar di sekolah mengenai pentingnya menjaga lingkungan.
Pameran ini menampilkan koleksi lukisan yang dipilih dengan cermat, yang tidak hanya memukau penonton secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan yang kuat bentang tujuan, refleksi, dan kesadaran lingkungan.

Setiap karya mengajak pengunjung untuk berhenti sejenak dan merenungkan peran mereka dalam melindungi lingkungan Bali dan masa depan putau ini.
Komunitas Malu Dong, sebuah organisasi lingkungan yang berbasis di Bali, berkomitmen untuk mengurangi sampah plastik dan melestarikan pantai, kehidupan laut, serta kesehatan masyarakat Bali.
Melalui inisiatif seperti Malu Dong Buang Sampah Sembarangan, komunitas ini terus membangun karakter mental Masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan, dan mempromosikan pembuangan sampah yang bertanggung jawab.
Pameran seni rupa ini merupakan bagian integral dari misi tersebut. Dengan mengapresiasi dan mendukung karya seni yang dipamerkan, pengunjung tidak hanya akan merasakan kekayaan budaya dan warisan seni Bali, tetapi juga turut berkontribusi pada gerakan yang lebih besar untuk perubahan lingkungan.
“Kami sangat bangga dapat menggelar pameran ini di Sudakara Artspace. Seni memiliki kekuatan luar biasa untuk menginspirasi, menggugah pemikiran, dan mendorong perubahan,” terang Ricky Putra, COO Sudamala Resorts.
Melalui kolaborasi dengan Komunitas Malu Dong, pihaknya berharap pameran ini dapat mendorong dan memberikan kesadaran Masyarakat pada lingkungan untuk melindungi keindahan alam Bali.
“Ekspresi kuat para seniman ini mengajak kita semua untuk tidak hanya mengapresiasi seni, tetapi juga merenungkan peran kita dalam menjaga dunia di sekitar kita,” tandasnya.
tambah Komang Sudiarta, Pendiri Komunitas Malu Dong menambahkan, pameran ini lebih dari sekadar kesempatan untuk memamerkan bakat seniman lokal.
“Ini adalah ajakan untuk kita semua agar merenungkan hubungan manusia dengan dampak pada lingkungan,” tambah Komang Sudiarta.
Melalui ekspresi kreatif para seniman ini, kami berharap dapat menginspirasi perubahan dan mengajak orang-orang untuk bergabung dalam gerakan kepedulian terhadap pengurangan sampah plastik serta melindungi keindahan alam pulau ini.
Dalam konteks ini, seni menjadi alat yang sangat kuat untuk meningkatkan kesadaran dan menciptakan dampak yang berkelanjutan.
Pameran menampilkan karya 13 seniman lokal yang berbakat diantaranya Uuk Paramahita, | Made Gunawan, Eni Astiarini, I Made Somadita, | Nyoman Loka Suara, Made Bayak, Ida Bagus Gde Surya Dharma, Jango Pramartha, Agus Kama Loedin, Made Kaek, Ni Way, Ni Luh Vonidewi, dan A.A. Putu Oka Astika.
Pameran ini mengundang para pecinta seni dan aktivis lingkungan untuk berkumpul, mengapresiasi keindahan Bali melalui mata seniman talenta local. Dengan semangat kolektif, Malu Dong Komunitas mengajak seluruh pihak untuk berperan aktif dalam menjaga kebersihan Bali dan mengurangi sampah demi masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. ***