Kabarnusa.com – Dalam amatan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (KOJK) Provinsi Bali kinerja perbankan baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tumbuh positif dan mampu mendorong perekonomian daerah.
Hal itu disampaikan Kepala OJK Bali Zulmi saat membuka Evaluasi Kinerja BPR se-Provinsi Bali Tahun 2015 bertempat di Agung Ballroom, Inna Bali Beach Hotel, Senin (14/12/2015).
Dalam pertemuan yang dihadiri sekira 300 undangan dari Komisaris dan dan Direktur untuk masing-masing BPR yang ada di Provinsi Bali, bertujuan memberikan refreshment kepada para Komisaris dan Direktur BPR.
Selain itu, memberikan evaluasi kinerja BPR selama tahun 2015 agar pencapaian kinerja BPR
tersebut dapat terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.
“Melalui evaluasi kinerja, diharapkan sektor jasa keuangan khususnya BPR dapat berperan semakin signifikan dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan,” kata Zulmi.
Dengan begitu, BPR akan bisa berperan optimal dalam pembiayaan pembangunan, sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai.
Zulmi melanjutkan, perbankan di wilayah Bali secara umum berada dalam kondisi yang baik dan menunjukkan kinerja yang positif.
Hal itu ditandai permodalan bank tergolong cukup tinggi yaitu CAR BPR posisi 31 Oktober 2015 sebesar 16,38%.
Demikian juga, Risiko kredit secara umum berada pada level yang relatif rendah, tercermin dari NPL yang rendah dan cukup stabil yaitu sebesar 3,28%.
Fungsi perbankan dalam perekonomian sebagai mediator arus dana telah dilaksanakan dengan baik oleh perbankan di wilayah Bali, tercermin dari rasio LDR sebesar 79,08%.
Sedangkan, perkembangan total aset BPR di Bali dengan jumlah kantor sebanyak 138 KP dan
43 KC, selama 10 bulan terakhir meningkat sebesar 15,37% (dari Rp9,53 triliun menjadi Rp10,99 triliun),
Asset itu, itu ddiantaranya bersumber dari peningkatan dana pihak ketiga sebesar
11,32% (dari Rp5,91 triliun menjadi Rp6,66 triliun).
Dia melanjutkan, sumber dana yang diperoleh bank secara efektif disalurkan dalam bentuk kredit dengan peningkatan sebesar 12,50% (dari Rp7,12 triliun menjadi Rp8,01 triliun).
Penyaluran kredit BPR di Bali didominasi oleh kredit produktif sebesar 63,25% (Rp5,07 triliun), yang terdiri dari Kredit Modal Kerja 50,82% (Rp4,07 triliun) dan kredit investasi 12,43% (Rp0,99 triliun).
Dari total penyaluran kredit BPR tersebut, sebesar 57,32% (Rp4,59 triliun) tergolong sebagai kredit produktif
UMKM.
Dikatakan, BPR di Bali tergolong cukup efektif dalam menggunakan aset yang dimiliki untuk memperoleh pendapatan, tercermin dari Return on Assets (ROA) sebesar 3,51%, serta masih tergolong efisien dengan rasio BOPO sebesar 74,88%. (rhm)