Pangdam Udayana: Asas Pancasila Sudah Final Tak Bisa Ditawar Lagi

29 Mei 2017, 09:20 WIB
Pangdam IX/Udayana Komaruddin Simanjuntak (foto:istimewa)

DENPASAR – Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak kembali menegaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berasaskan Pancasila itu sudah final sehingga tidak bisa ditawar-tawar lagi.

Komaruddin juga mengingatkan, media sosial merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat efektif karena dapat di akses oleh siapa saja dan jaringan koneksinya menjadi sangat luas. Derasnya perkembangan media sosial bukan hanya terjadi di negara-negara maju saja, di negara yang sedang berkembang seperti di NKRI.

Bahkan, Indonesia menempati peringkat ke 5 di dunia dalam pengguna akun twitter, hal ini sebagai salah satu bukti kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi yang seolah-olah sudah tak ada batasnya.

“Pemanfaatan media sosial disamping aspek positifnya tentu ada juga aspek negatif,” ucap Pangdam Komaruddin dalam sebuah kesempatan baru-baru ini. Karenannya, Komaruddin mengajak seluruh anggota TNI yang ada dijajaran Kodam IX/Udayana dan segenap komponen masyarakat Bali-Nusra, untuk membentengi diri dari berita hoax,

Kabar fitnah maupun berita bohong sebagai salah satu aspek negatif dari perkembangan media sosial, waspada dalam menggunakannya. Tidak sedikit berita yang kontra produktif dan dapat menyulut perpecahan serta dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) viral di media sosial.

Jangan mudah percaya dan terprovokasi oleh pemberitaan yang kontra produktif dan menyesatkan serta mengikis rasa kebangsaan,

“Persatuan dan kesatuan sebagai ciri dari NKRI, sadari bahwa Indonesia (NKRI) adalah negara yang berazaskan Pancasila ini sudah final. Tidak bisa ditawar-tawar lagi dan tidak perlu dibicarakan lagi,” tegasnya lagi.

Ia mengingatkan masyarakat, jangan habiskan energi untuk membicarakan hal-hal yang tidak produktif. Jika hal itu terjadi maka bangsa ini akan ketinggalan gerbong pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

“Sementara bangsa lain sudah berbicara tentang hal-hal positif dan produktif lainnya demi kemajuan bangsanya,” demikian Komaruddin. (gek)

Berita Lainnya

Terkini