Pangdam Udayana bertemu perwakilan awak media yang tergabung dalam Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT, Selasa sore/ist |
Denpasar – Masalah kekurangan air di Nusa Tenggara Timur menjadi
keprihatinan tersendiri bagi Pangdam IX Udayana Mayjen TNI Maruli Simanjuntak.
Dia bahkan berujar jika diberi dana Rp150 miliar akan bisa membangun 1.000
titik pompa air di NTT.
Hal itu disampaikan saat bertemu perwakilan awak media yang tergabung dalam
Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT, Selasa sore (2/3/2021).
“Saya bersama seluruh anggota di wilayah Kodam IX Udayana, bersama dengan
semua Babinsa yang ada di seluruh desa di NTT, NTB, melihat yang paling
dibutuhkan masyarakat. Dan ternyata air minum,” ucapnya.
Jika dilihat sumbernya ada. Airnya ada. Tetapi kenapa rakyat kekurangan air.
Maka itulah yang TNI kerjakan selama ini. Pihaknya ingin agar rakyat menikmati
air bersih. Di NTT, air itu kebutuhan. Dan ini belum menjadi perhatian serius
semua stakeholder.
“Jangan sampai ini terjadi. Bicara keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, kenapa masyarakat di desa di NTT, air minum saja susah?” Maruli
dengan nada tanya.
Dengan keyakinan yang dipegang teguh agar rakyat menikmati air bersih, Mayjend Maruli mengerahkan seluruh sumber daya yang ada.
Dengan keterbatasan dana dan peralatan, akan fokus membangun air bersih untuk
NTT dan sebagian kecil NTB.
“Saya kerahkan Babinsa. Saya kerahkan anggota di Koramil, di Kodim. Saya minta
berbuatlah sesuatu untuk masyarakat. Mereka kerja keras. Bahkan mereka bekerja
dengan lapar karena tidak makan, ini fakta,” tandasnya
Maruli memperintahkan harus jadi. Sementara pemerintah setempat belum
maksimal, belum fokus. Bagaimana mungkin rakyatnya terus mengalami kekurangan
air bersih.
“Dan ini bertahun-tahun terjadi,” katanya menegaskan.
Saat ini, program unggulan di NTT adalah air bersih. Logikanya adalah bahwa
kalau ada penduduk, kalau ada pemukiman Maladi wilayah itu pasti ada sumber
air.
Namun sumber air itu bisa dekat bisa jauh. Kalau air jauh dia bisa kurang
sehat, kurang minum air, apalagi mau membangun pertanian.
Tugas TNI adalah mendekatkan air tersebut. Program di Kodam IX Udayana
adalah mendekatkan air untuk rakyat NTT. Diyakinkan anggota bahwa air harus
merata di NTT, dimana pun.
Saat ini sudah ada pemetaan titik air atau sumber air yang belum digarap
dengan baik sementara warga sekitarnya kekurangan air. Hasil pemetaan itu ada
94 titik di NTT. Ini baru data sementara.
Pemetaan terus dilakukan. Mungkin akan terus bertambah. Dari 94 titik
tersebut, yang sudah dipasang pompa sebanyak sebanyak 19 titik.
“Saat ini sudah menghasilkan 2 juta liter air perhari dari total pompa hidram
yang sudah diaktifkan dan sudah ada belasan ribu warga yang sudah menikmati
air bersih,” urainya.
Sementara pompa hidram yang masih dalam proses pengerjaan sebanyak 10 pompa
yang terdiri dari 8 titik di NTT dan 2 titik di NTB.
Seluruh pompa hidram dikerjakan sendiri oleh anggota dari Kodim di
masing-masing wilayah. Pipa, besi rangka, bak primer, bak sekunder dibeli
secara swadaya. Pengerjaan oleh anggota TNI.
Saat ini di masing-masing Kodim di NTT sudah merekrut tenaga untuk dilatih
mengerjakan pompa hidram, memasang dan merawat.
Rata-rata perpompa menghabiskan sekitar Rp 50 juta sampai Rp 100 juta. Selama
ini banyak bantuan dari teman-teman, orang kaya, publik figure.
“Kami sedikit merendah, minta bantuan, kalau ada yang bisa beli tas seharga 50
juta, kita bilang, tasnya jangan dibeli dulu, kasih uang ke kami bangun air di
NTT. Ternyata bisa juga,” ujarnya.
Maruli meminta kepada para Dandim, Danrem, Danramil agar lebih giat lagi,
mampu mempresentasikan proyek besar ini kepada jaringan, CSR, BUMN, BUMD,
swasta dan seterusnya.
“Idenya sebenarnya bahwa kondisi ini ada di seluruh Indonesia. Selama ini
banyak Kodim, Danramil kurang presentasi, kurang promosi. Banyak dana CSR yang
tidak efektif. Kasih kami Rp 150 miliar saja, kami bisa bikin 1000 titik pompa
air di NTT,”
tukasnya.(rhm)