Seminar Interactif Setrategic Controbution for Indonesia |
LEEDS – Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menegaskan pentingnya peran warga dan komunitas dalam membangun kota dengan basis berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Risma dalam paparan melalui video yang khusus direkam untuk Seminar interaktif Strategic Contribution for Indonesia (SCI 2017) yang telah memasuki tahun kelimanya berhasil diadakan di Gedung Michael Sadler, University of Leeds, London, Selasa (25/4/17).
Risma memaparkan, secara komprehensif mengenai program kerja Pemerintah Kota Surabaya dalam mewujudkan kota yang berbasis berkelanjutan. Dalam mewujudkan kota yang dapat memfasilitasi dari semua kalangan, Pemerintah Kota Surabaya menggunakan basis-basis di Sustainable Development Goals.
“Kami meningkatkan segala fasilitas untuk penghijauan, ruang terbuka untuk aktifitas masyarakat dan intensifikasi penggunaan teknologi untuk melayani masyarakat,” katanya.
“Misalnya saja, warga Surabaya tidak harus membawa medical records saat berkunjung ke rumah sakit karena semua sudah terdaftar secara elektronik yang dihubungkan lewat internet,” ujar Risma. Dalam videonya, Risma menjelaskan, peran warga dan komunitas dalam membangun kota dengan basis berkelanjutan.
Ia memaparkan program-program kerjanya yang berfokus pada pengembangan komunitas seperti program bahasa, perpustakaan mini dan taman membaca, area olahraga gratis dan beragam kegiatan yang kebanyakan diinisiasi oleh anak muda yang kebanyakan adalah sukarelawan, lalu difasilitasi oleh pemerintah kota Surabaya dan disambut baik serta antusias oleh warga.
Kegiatan seminar, sebagai bentuk kontribusi nyata Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) di Leeds untuk Indonesia. Tujuan utama penyelengaraan acara ini ialah merumuskan rekomendasi kebijakan mengenai pengelolaan kota dan komunitas yang berkelanjutan yang akan diberikan kepada pemerintah dan pihak-pihak terkait.
Atase Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Indonesia di London Prof. E. Aminudin Aziz Ph.D menyampaikan dukungannya terhadap kegiatan itu.
“Indonesia sedang berkembang dan PPI bagian dari perkembangan tersebut. Keberadaan PPI di Inggris serta inisiasi mengadakan acara ini merupakan peran dan kontribusi anak muda yang sangat penting. Segeralah menyelesaikan studi, Indonesia telah memanggil,” ujar Aminudin.
Hadir sebagai pembicara Dr. H. Ahmad Heryawan, Lc., M.Si sebagai Gubernur Provinsi Jawa Barat serta Dimas Wisnu Adrianto dari University of Manchester yang sedang melakukan Program Doktoral di bidang pengelolaan kota dan komunitas yang berkelanjutan.
“Saya percaya konsep Kertajati Aerotopolis di daerah Kertajati dengan luas area 3.200 ha bisa membantu Provinsi Jawa Barat untuk bisa memperkuat ekonomi dengan berbagai infrastruktur,” ujar Dr. H. Ahmad Heryawan, Lc., M.Si dalam paparannya.
Aher, panggilan Gubernur Jabar memaparkan bagaimana mewjudkan pengelolaan kota serta komunitas yang berkelanjutan serta sejauh apa peran pemerintahan provinsial dalam mengawasi impelementasi programprogram tersebut.
Sementara Dimas Wisnu Adrianto memberikan paparan dari segi riset dan akademis mengenai bagaimana sebuah kota yang berkelanjutan dapat diukur menggunakan indeks livable city. Indeks ini kemudian dapat diterbitkan untuk mengundang investor dan meningkatkan mobilisasi turis, pelajar hingga ekspatriat.
Yang paling penting adalah sebagai landasan arah perkembangan kota yang digunakan oleh para pengambil kebijakan dan konsultan. “Indeks Livable city mengukur empat sektor yakni: sektor lingkungan, sosial, ekonomi dan regulasi atau politik,” tuturnya.
Menurut Dimas, perkembangan kota berkelanjutan saat ini telah bergeser dari awalnya hanya fokus pada penjagaan kerusakan lingkungan, menjadi bagaimana sebuah kota juga dapat memberi kehidupan dan aktifitas ekonomi.
Juga sosial yang lebih baik untuk warganya, yang merupakan prinsip mendasar dari kota dan komunitas yang berkelanjutan. Menjelang akhir acara, para peserta mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi gagasannya ke dalam rekomendasi kebijakan bertajuk pengelolaan kota dan komunitas yang berkelanjutan.
Empat fokus pembahasan saat acara yakni (a) minimalisir dampak negatif pembangunan Aerotopolis di Indonesia, (b) upaya konkret peningkatan pemahaman dan partisipasi warga dan komunitas dalam membangun kota berbasis berkelanjutan di Indonesia, (c) peran pedesaan agar tetap relevan dan tidak terpinggirkan dalam kerangka besar pembangunan kota berkelanjutan (d) menciptakan sinergi dalam berbagai bidang antara kawasan perkotaan dengan kawasan sekitarnya. (des)