PDIP Bali Terjunkan Kader Edukasi Kasus Menengitis Babi

22 Maret 2017, 06:00 WIB
Nyoman Parta (dok.kabarnusa)

DENPASAR – DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali menggerakkan mesin partai hingga ke tingkat Desa untuk memberikan edukasi masyarakat khususnya perternak sekaligus menyosialisasikan agar tidak takut mengkonsumsi daging babi.

Langlah itu mendesak dilakukan guna menghapus ketakutan masyarakat di tengah merebaknya isu daging babi yang terjangkit bakteri Meningtis Streptpcoccus Suis (MSS). Para kader partai akan dikerahkan untuk memberikan edukasi tentang bagaimana membeli bibit babi yang sehat, mengenali ciri-ciri babi yang sakit, kebersihan kandang, cara memelihara, penyediaan pakan.

Selain itu, bagaimana cara memotong dan mengolah hingga cara memasak daging babi yang baik agar bebas dari bakteri MSS.

“Edukasi ini penting agar babi bebas dari bakteri Meningtis,” jelas Wakil ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali I Nyoman Parta usai berdialog dengan pakar hewan dari Unud, di kantor DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali, Selasa (21/3/17).

Untuk mendapat pemahaman mengenai bakteri MMS dan cara pemeliharaan dan pengolahahan daging babi yang sehat, pihaknya sengaja mengundang pakar dari Unud untuk menjelaskannnya.

Pakar Unud yang diundang DPD PDIP adalah Guru Besar Fakultas Peternakan Unud, yang juga menjabat ketua Asosiasi Ilmuwan Babi Indonesia, Komang Budaarsa, Dosen Fakultas Peternakan  Unud Dr. Ni Luh Putu Sriyani dan Dekan Fakultas Peternakan Unud.

Menurut Parta, pemaparan dari para pakar tersebut nantinya menjadi materi sosialisasi kepada masyarakat. Mereka sudah menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu takut mengonsumsi daging babi, asalkan dimasak hingga matang.

Yang tak kalah penting, lanjut dia, masyarakat harus diedukasi untuk bagaimana memelihara, memotong, mengolah hingga memasak daging babi yang benar, termasuk mengenali gejala babi yang terinfeksi MSS.

Budarsa mengatakan, masyarakat perlu diedukasi untuk memahami bakteri MSS. Bakteri tersebut, kata dia, bukan hal baru. Sudah sekitar 20 tahun terakhir. Bakteri tersebut menjadi masalah pada peternakan babi, karena tidak saja bisa menginfeksi babi, tp juga menginfeksi manusia.

Ia membeberkan gejala babi teronfeksi MMS, yakni bengkak pada sendi kaki, baik kaki belakang maupun kaki depan, suhu tubuh naik; tidak mau makan atau nafsu makan menurun; kulit kelihatan kemerahan baik pada babi putih maupun babi hitam; ingusan dan ngorok; sering juga diikuti konstipasi/susah berak; ada juga yang batuk berdarah.

Penularan bakteri tersebut kepada manusia, jelas dia, terjadi melalui kontak kulit dengan babi terinfeksi, terutama jika kulit manusia ada yang luka. Khusus untuk babi guling, ia meminta masyarakat untuk tidak kwatir mengonsumsinya. Pasalnya, bakteri akan mati pada suhu 56 derajat Celcius.

Adapun hasil penelitiannya, babi guling dengan berat antara 20-40 kg akan matang pada suhu 110 derajat Celcius selama kurang lebih dua jam. Artinya, bakteri MSS pastilah mati pada suhu tersebut. Ia hanya meminta agar peralatan yang dipakai dalam proses pembuatan dan penyajian babi guling harus bersih.

“Pemahaman ini sangat perlu diketahui masyarakat luas. Kalau tidak akan berdampak buruk pada warung babi guling dan peternak babi,” tegasnya. Usai memberi pemahaman itu, mereka bersama-sama mengonsumsi satu ekor babi guling yang disiapkan oleh DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali. (gek)

Berita Lainnya

Terkini