![]() |
Ida Pedanda Sebali Tianyar Arimbawa(foto:istimewa) |
Kabarnusa.com – Masyarakat Bali diminta tidak salah memilih saat Pilkada serentak pada 9 Desember 2015 dengan tidak memberikan dukungan kepada pemimpin atau calon bupati yang memiliki tiga cacat yakni moral, spiritual maupun sosial.
Dalam perhelatan Pilkada di 6 daerah di Kabupaten Karangasem tahun 2015 ini, rakyat diharapkan cerdas memilih setiap kandidat yang ada.
Walaupun secara umum setiap pasangan calon pasti punya kebaikan maupun kekurangan, tetapi rakyat jangan sampai memilih bila diantara calon bupati itu ada yang cacat moral, cacat spiritual maupun cacat secara sosial.
Pemuka Hindu yang juga Dharma Adyaksa Parisada Pusat, Ida Pedanda Sebali Tianyar Arimbawa menyatakan hal itu saat dalam dharma wacana di Pura Besakih, serangkaian tirta yatra calon bupati dan calon wakil bupati Karangasem, Wayan Sudirta-Made Sumiati di Pura Lempuyang, Pura Silayukti, Pura Andakasa, Pura Goa Lawah dan Pura Besakih.
Dia beralasan, antara lain karena di daerah-daerah dalam wilayah Provinsi Bali ini, berdiri sejumlah Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan yang disucikan umat Hindu, sesuai dengan filsafat Tri Hita Karana.
Pedanda Sebali, yang juga Sulinggih itu didampingi Ketua PHDI Prov. Bali, Prof. Dr. IGN Sudiana dan Ketua Tim Pemenangan Wayan Sutena, Wakil Ketua DPD PDIP Bali Gung Triana Tira, Humas Tim Wayan Suara Arsana dan beberapa Relawan ”SMS” (Sudirta-Made Sumiati) lainnya.
Dia mencontohkan, Karangasem berdiri Sad Kahyangan Pura Besakih dan Pura Andakasa, Dang Kahyangan Pura Lempuyang dan Pura Silayukti, dimana Pura Besakih merupakan kahyangan jagat Bali, tantangan untuk menjaga kesucian dan kelestariannya sangatlah besar.
“Ppemimpin itu cacat moral, cacat spiritual dan cacat sosial, kalau sampai ia abai terhadap rakyat miskin, dan bergelimang harta dan bermewah untuk diri pribadinya,” ucapnya baru-baru ini.
Lebih parah lagi, sambungnya, bila perilakunya korup, cacat spiritual bila ia tidak peduli terhadap kawasan suci dan cacat sosial bila si calon melakukan tindakan-tindakan yang tidak bertentangan dengan kewajiban pemimpin secara sosial.
Rakyat mesti jernih dan obyektif menentukan pilihan. Jangan sampai memilih karena iming-iming uang dan hal lain yang melanggar etika, moral maupun hukum. Korupsi adalah bentuk perilaku cacat moral dan cacat spiritual.
Jika masyarakat menolak pemimpin yang korup, itu adalah bentuk cacat sosial yang serius.
“Mari kita sama-sama menjaga para pemimpin yang bebas dari 3 cacat ini agar tetap bertahan baik ketika mereka berkuasa, maupun setelah purna bakti,” tandas Pedande Sebali. (rhm)