Pegiat Sastra Ramaikan Maca Cerpen Lan Puisi Bali Online Keroyokan

16 Agustus 2020, 20:29 WIB

Pimpinan SSB, I Putu Supartika,
menuturkan gelaran bertajuk “Maca Cerpen lan Puisi Bali Online
Keroyokan” merupakan kelanjutan gerakan apresiasi sastra Bali modern
yang digelar pihaknya sejak pandemi Covid-19 menyebar di Bali/ist.

Denpasar –  Sejumlah pegiat sastra Bali modern diharapkan ikut
berpartisipasi dalam program “Maca Cerpen Bali Online” dalam menyemarakkan HUT ke-75 Kemerdekaan RI.

Gerakan apresiasi sastra Bali modern fenomenal lahir
menjelang peringatan HUT ke-75 Kemerdekaan Indonesia. Ibarat kado bagi
kemerdekaan negeri ini, 55 orang pegiat sastra Bali modern ambil bagian
dalam pembacaan sastra Bali modern massal secara daring,
Minggu, 16 Agustus 2020.

Komunitas Suara Saking Bali
atau SSB merupakan aktor di balik kelahiran program yang disebut-sebut
sebagai program perdana di Bali ini. 

Pimpinan SSB, I Putu Supartika,
menuturkan gelaran bertajuk “Maca Cerpen lan Puisi Bali Online
Keroyokan” merupakan kelanjutan gerakan apresiasi sastra Bali modern
yang digelar pihaknya sejak pandemi Covid-19 menyebar di Bali.

Ditengah kegelisahan melawan pandemi, pihaknya mencoba mengambil jalan
alternatif dengan mengajak sejumlah pegiat sastra Bali modern untuk ikut
berpartisipasi dalam program “Maca Cerpen Bali Online”. 

Program
tersebut berjalan setiap hari, dimana setiap harinya akan diisi oleh
seorang partisipan. Selama beberapa bulan berjalan, gerakan itu akhirnya
terakumulasi hingga 100 episode.

“Sekarang serentak
dalam sehari ini untuk merayakan pembacaan yang ke-100 sekaligus
memperingati hari Ulang Tahun ke-75 Republik Indonesia,” kata Supartika
yang juga seorang sastrawan.

Pemuda asal Karangasem,
Bali mengaku senang lantaran undangannya direspons positif oleh kalangan
pegiat sastra Bali modern. Bahkan, menurutnya program sapresiasi sastra
yang digelar secara langsung pun belum tentu dapat diikuti oleh peserta
sebanyak itu.

Partisipan diakui dari berbagai kalangan
yang umumnya merupakan kalangan milenial. Mereka ada yang memiliki
latar belakang memang sebagai penulis, jurnalis, guru, dosen, mahasiswa,
bahkan termasuk jero mangku, sebuah jabatan rohaniawan dalam sistem
sosial masyarakat Bali. “Ini membuktikan jika masih ada generasi muda
yang peduli dengan sastra Bali modern,” imbuhnya yang baru saja menulis
novel berjudul “Babi Babi Babi”.

Partisipan program
nantinya akan membaca cerpen atau puisi yang dipilih sendiri. Karya
dapat berupa ciptaan sastrawan lain maupun ciptaan sendiri. Dari
beberapa famplet yang disebar, tampak judul-judul karya sastra Bali
modern dari sastrawan ternama hingga pemula akan dibaca peserta.

Waktu
pembacaan selama 24 jam. Peserta bebas membaca karya sesuai keinginan
masing-masing, bisa membaca cerpen atau puisi, atau pun cerpen dan puisi
sekaligus. 

“Pembacaan akan dilakukan dengan menggunakan siaran langsung
di Facebook masing-masing peserta atau siaran langsung Instagram,”
terang Supartika.

I Kadek Gede
Doni Merta Marantika salah satu partisipan mengaku sangat senang berpartisipasi acara
tersebut. Ia yang tinggal di Jepang mengaku program tersebut dapat
sedikit mengobati rindu atas kampung halaman.

“Sebagai
orang Bali yang saat ini berada di luar Bali, saya merasa diri saya
berada di Bali dengan ikut membaca cerpen berbahasa Bali ini. Saya rindu
Bali dan saya mengobatinya dengan membaca karya berbahasa Bali,”
terangnya.

Akademisi Sastra
Bali Universitas Udayana, I Gede Gita Purnama Arsa Putra menuturkan kehadiran program ini telah memberi harapan dan sejarah baru bagi geliat
sastra Bali modern di Bali. Harapannya, ke depan program-program
sejenis dapat terus diupayakan.

 Membaca cerpen secara
online melibatkan lebih dari 50 peserta ini sangat fenomenal. 

“Ini penghargaan besar untuk pangelingsir atau tetua sastra Bali modern
seperti Pak Made Sanggra, Pak Nyoman Manda, Pak Djelantik Santha,
termasuk Pak Ajip Rosidi yang telah memberikan penghargaan Sastera
Rancage bagi penulis sastra daerah,” jelasnya. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini