Pemangku dan Sulinggih Minta Perlakuan Khusus JKN

9 Mei 2015, 06:00 WIB
Pemangku Pura Tirta Rambut Siwi, Jero Mangku Wania,

Kabarnusa.com – Kalangan pemangku dan sulinggih di Kabupaten Jembrana, Bali mengaku belum pernah menggunakan fasilitas jaminan kesehatan apapun meskipun mereka telah terdaftar sebagai peserta JKBM maupun JKN.

Dari lima orang pemangku/sulinggih yang dimintai tanggapannya, seluruhnya mengaku belum pernah menggunakan fasilitas JKN.

Alasannya, para pemangku/sulinggih ingin diperlakukan beda dengan masyarakat lainnya ketika memerlukan pelayanan kesehatan.

Menurut Pemangku Pura Tirta Rambut Siwi, Jero Mangku Wania, dalam lingkup Agama Hindu, keberadaan seorang Pemangku atau Pinandita (Sukinggih) adalah seorang rokhaniawan atau orang-orang yang rokhani atau jiwanya telah disucikan. 

Hingga seorang Pemangku ataupun Pandita mempunyai peranan yang sangat penting dan terhormat dalam masyarakat beragama Hindu.

Karena itu diharapkan  kepada pemerintah dan tokoh umat untuk melihat profesi kepemangkuan sebagai bentuk lembaga yang harus dihidupi oleh umat Hindu sebagai penyangga keutuhan umat beragama.

Seyogyanya seorang Pemangku ataupun Sulinggih mendapat perhatian khusus, baik secara rohani maupun lahiriah, sebab dihadapkan tuntutan hidup, imbalan berupa pengolahan pelaba pura dan sebagainya kepada para Pemangku dan Sulinggih atas pengabdiannya.

Mereka dinilai telah tidak memadai lagi,hingga sangat diperlukannya dukungan dihadapkan tindakan Pemangku dan Sukinggih dalam upaya mendoakan kedamaian dunia.

Para Pemangku dan Sulingguh, dipandang penting adanya penghargaan lebih karena hal ini juga seperti yang disuratkan dalam sastra agama bahwa seharusnya adanya kewajiban umat sebagai penjabaran dari ajaran rsi yajna.

Sebab, seperti halnya umat, para Pemangku dan Sulingguh juga memerlukan sandang, pangan dan papan. Bahkan, mereka juga memerlukan biaya kesehatan dan dana sekolah bagi putra-putrinya.

Seyogyanya jika wajib masuk JKN, sudah sepantasnya umat atau desa pakraman maupun pemerintah yang menanggung iuran tiap bulannya.

Demikian juga jika membutuhkan pelayanan kesehatan, misalnya harus dirawat di rumah sakit, agar ditempatkan secara khusus dan tidak dicampur untuk menghindari leteh (kotor).

Saya pernah di rawat di rumah sakit, terpaksa mencari ruangan VIP agar tidak bercampur, meskipun harus membayar,” ujar Jero Mangku Wania, saat ditemui di rumahnya didampingi Mangku Suardana belum lama ini. (Dewa Putu Darmada)

Berita Lainnya

Terkini