Pemuda Muhammadiyah Dorong Partisipasi Politik Umat Islam di Bali

3 Mei 2018, 07:13 WIB
MUhi
Dialog dalam memperingati HUT Pemuda Muhammadiyah ke-86 di Denpasar

DENPASAR- Pemuda Muhammadiyah Bali mengajak partisipasi politik seluruh warga khususnya umat Islam dalam menekan angka golongan putih (Golput) baik di Pilkada Serentak dan Pemilu 2019.

Sembari memperingati Milad ke-86 Pemuda Muhammadiyah, pihaknya mengadakan diskusi politik dan kebangsaan terkait peran serta politik umat Islam dalam membangun Bali.

Ketua PW Pemuda Muhammadiyah Bali, H. Azizuddin mengatakan bahwa acara yang juga dirangkai dengan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan dari MPR RI ini bertujuan sebagai salah satu wujud rasa syukur dan partisipasi Pemuda Muhammadiyah dalam penyadaran politik masyarakat.

Mengambil tema “Menggembirakan Keberagaman dan Memajukan Indonesia”, kegiatan dihadiri oleh ratusan kader Pemuda Muhammadiyah se-Bali juga dihadiri oleh berbagai undangan dari ormas Islam se-Bali, salah satunya GP Ansor Bali.

“Acara milad ini sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah SWT, bahwa kita sudah 85 tahun hadir untuk umat dan bangsa,” katanya usai acara di Nirmala Convention and Hotel, Denpasar, Rabu (2/4/2018).

Tema diangkat sebagai bagian dari implementasi dan kebulatan tekad Pemuda Muhammadiyah dalam menjaga tatanan keberagaman dan kebangsaan di Indonesia, khususnya Bali.

“Ini tema kita memakmurkan keberagaman dan memajukan Indonesia. Ini sebagai implementasi dan kebulatan kami di Muhammadiyah sejak lama bahwa Pancasila ialah harga mati ya,” tuturnya.

Pihaknya mendorong seluruh masyarakat Bali, khususnya umat Islam agar menjauhi praktik golput pada saat coblosan di 27 Juni 2018 .

Partisipasi masyarakat, termasuk umat Islam di Bali sangat dibutuhkan dalam pembangunan demokrasi di Pulau Dewata selama lima tahun ke depan.

“Kami harap seluruh masyarakat, khususnya komponen umat Islam yang punya hak pilih di Bali agar tidak golput dan ikut menentukan arah demokrasi yang ada di Bali. Nah, kami harap nanti habis Lebaran kalau bisa segera kembali ke Bali untuk ikut berpartisipasi,” ajaknya.

Dialog menghadirkan tiga narasumber yakni, budayawan asal Jembrana, Dr. H.  Masruhan, , Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bali, H. Bambang Santoso, dan Ketua Majelis Daerah MD KAHMI Kota Denpasar,  Ahmad Baidhowi.

Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Bali, H. Bambang Santoso mengatakan bahwa umat Islam di Bali harus terus dapat menjadi pelopor dalam membangun Bali bersama elemen umat beragama lainnya.

“Kita ini sebagai bagian dari Republik Indonesia ini didirikan atas kesepakatan bersama itu umat Islam harus menjadi pelopor,” katanya.

Apalagi, dalam event politik, seperti Pemilu dan Pilkads menurutnya umat Islam selalu apatis dan tidak peduli terkait itu. Padahal, event-event politik seperti itu peran umat Islam selalu dibutuhkan untuk menghasilkan pemimpin yang berkualitas.

“Pelopor untuk mendorong bagaimana agar aktivasi dan kepedulian masyarakat yang tinggi kemudian yang lainnnya optimalisasi dalam menghasilkan pemimpin yang berkualitas,” kata pria yang juga calon anggota DPD RI Dapil Bali ini.

Ketua MD KAHMI Kota Denpasar,  Ahmad Baidhowi mendorong kesadaran politik bagi seluruh masyarakat, khususnya kaum muda di Bali. Ini karena peran pemuda di Bali menjadi salah satu elemen penting dalam menentukan arah kemajuan bangsa.

Dalam menghadapi tahun politik ini seluruh rakyat harus mempunyai kesadaran politik bersama untuk bangkit dan berpartisipasi aktif dalam menentukan arah dan kemajuan bangsa Indonesia kedepan.

Obay, sapaanya, lalu mengajak para pemuda untuk ikut serta aktif berpartisipasi dalam helatan politik di depan matanya seperti Pileg 2019. Bahkan, ia mendorong para pemuda untuk ikut aktif terjun menjadi calon anggota legislatif atau penyelenggara pemilu ydi hajatan politik tersebut.

“Terakhir, menjelang bulan dan tahun politik ini seluruh elemen sadar wajib berperan aktif dalam pembangunan kesadaran politik bersama sama untuk memperoleh kecerdasan politik bersama yang nantinya bisa sebagai modal untuk berpartisipasi dalam kontestasi politik dilevel daerah maupun nasional baik sebagai peserta pemilu, penyelenggara pemilu maupun pemilih rasional.

“Kesempatan terbuka lebar, di depan mata kita kesempatan politik tidak boleh dibiarkan oleh para pejuang politik kebangsaan jika tidak ingin kesempatan tersebut direbut oleh para hantu politik yang akan membawa kita semua ke jurang kehancuran,” imbuhnya(rhm)

Artikel Lainnya

Terkini