![]() |
Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Mengguanakan Strategi Dengan Keagamaan Melalui Sosialisasi Maupun Peran Serta Tokoh Agama./ist |
Jakarta– Pemerintah melalui Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 akan memfokuskan gerakan membiasakan bermasker dengan mengunakan strategi pendekatan keagamaan melalui sosialisasi maupun peran serta tokoh agama.
Koordinator Satgas COVID Nahdlatul Ulama (NU) dr. Muhammad Makky Zamzami MARS menjelaskan bahwa NU turut mengkampanyekan gerakan bermasker melalui media sosial dengan cara membuat twibbon ‘Saya NU dan saya bermasker’ hal ini di lakukan oleh seluruh masyarakat dan kyai.
“Para tokoh-tokoh kita pasangkan dengan quote-nya ‘Saya NU, dan saya bermasker’, ada Gus Mus ada Kyai Said,” ungkap Dokter Makky dalam dialog di Media Center Gugus Tugas, Jakarta, Jumat (7/8/2020).
Selain itu, perwakilan dari Gerakan Masjid Bangkit drg. Arief Rosyid Hasan, M.KM menyatakan bahwa bersama Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia, Jusuf Kalla, Gerakan Masjid Bangkit telah berkoordinasi dengan hampir satu juta masjid yang tersebar di seluruh Indonesia untuk terus menggaungkan penerapan protokol kesehatan setelah melakukan adzan shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya.
“Pakai masker dan dua yang lain ya, menjaga jarak, dan mencuci tangan, berulang-ulang sekarang kita sampaikan ke pengurus Masjid di seluruh Indonesia untuk melakukan itu,” kata dokter Arief yang juga menjabat sebagai Ketua Pemuda di Dewan Masjid Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Sekretaris Muhammadiyah Covid-19 Command Centre Pusat (MCCC), Deni Wahyudi Kurniawan, Muhammadiyah juga ikut serta dalam membiasakan gerakan bermasker ini melalui edukasi dan sosialisasi.
“Kita dorong supaya mereka mengerti dengan kampanye melalui sosial media dan juga panduan, lalu kita memberikan sebisa mungkin maskernya kepada masyarakat,” ucap Deni melalui ruang dialog digital.
Sementara itu, Ketua Umum Squad Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI) Subur Rojinawi menjelaskan bahwa PBI yang merupakan gabungan dari sekitar 86 lembaga NGO telah turut bergerak langsung untuk membagikan masker langsung kepada masyarakat.
“Komunitas bergerak secara langsung untuk terjun ke lapangan dengan menargetkan pasar, jalan, dan sekolah yang sudah mulai masuk baik di Jakarta maupun di daerah guna membagikan masker,” ungkap Subur.
Sejalan dengan Dokter Makky, Dokter Arief juga setuju bahwa kebiasaan menggunakan masker membutuhkan adaptasi. Namun, Dokter Arief menambahkan bahwa keteladanan menjadi kunci pembiasaan menggunakan masker.
Deni juga menambahkan peran penting tokoh agama dalam mensosialisasikan penggunaan masker dan protokol kesehatan kepada masyarakat.
“Apabila kyai, ustadz, DKM, mengisyaratkan untuk memakai masker ketika berada di lingkungan manapun, kiranya masyarakat akan mengikuti dan mencontoh hal tersebut,” jelas Deni.
Subur juga menambahkan, bahwa kebiasaan menggunakan masker dan menerapkan protokol kesehatan membutuhkan kolaborasi bersama untuk mengantisipasi kondisi masyarakat.
Terakhir, Dokter Arief menegaskan langkah-langkah yang berlandaskan lokalitas budaya juga diperlukan ketika melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat salah satunya mengunakan bahasa daerah dapat menjadai alternatif cara penyampain secara langsung.
“Kekuatan budaya Indonesia yang luar biasa harus dimanfaatkan, kita harus bisa memetakan potensi masyarakat daerah, karena lokalitas masing-masing yang berbeda,” tutup Dokter Arief.(lif)