Pengguna Internet di Indonesia Tinggi, Google Raup Untung

29 Juli 2016, 06:59 WIB

DISKUSI%2BDI%2BHALL%2BDEWAN%2BPERS%2B %2B28%2BJULI%2B2016

Kabarnusa.com
Tingginya angka pengguna internet seperti untuk kepentingan media sosial di
Indonesia memberikan keuntungan besar bagi raksasa teknonologi mesin
pencari seperti Google dan Yahoo.

“Harus diakui banyak manfaat
media sosial, namun media sosial juga memanfaatkan kita,” mantan Anggota
Dewan Pers Agus Sudibyo,” katanya dalam diskusi bertajuk “Membangun
Karakter Pers Pancasila, Mengawal dan Menyukseskan Kepentingan
Nasional”, di Aula Dewan Pers, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat Kamis 28
Juli 2016.

Diketahui, Indonesia dengan 139 juta pengguna
internet (proyeksi APJII 2016) adalah tempat bisnis menggiurkan bagi
mesin pencari seperti google, yahoo, dll serta media sosial seperti
facebook, Instagram, twitter, youtube dan lainnya.

“Tak diragukan lagi, Google, Facebook, Yahoo, dan lain-lain memberikan sumbangan berarti bagi kemajuan peradaban masyarakat,

Hanya saja, disisi lain para raksasa industri digital itu, juga tidak membayar pajak kepada Indonesia.

“Kita
harus melakukan sesuatu agar Indonesia punya mesin pencari seperti
nama-nama besar itu. Kita harus bisa memanfaatkan, meskipun faktanya
kita juga dimanfaatan”, tukas Agus.

Dalam pandangan pembicara
lainnya, Hariqo Wibawa Satria isu utama terkait media sosial masih
seputar keamanan penggunanya, baru sedikit yang membahas terkait
keamanan dan kedaulatan negara.

Pasalnya, adanya benturan kepentingan antara negara dengan pemilik mesin pencari dan media sosial adalah hal bisa terjadi.

KOndisi itu disebabkan, dua hal yakni merawat atau mempertahankan kekuasaan dan kedua memperjuangkan kepentingan nasional.

Karenanya,
dia menekankan pada pentingnya peningkatan gotong royong dalam
memperjuangkan kepentingan nasional lewat media sosial.

Menurutnya,
terjadi peningkatan gotong royong di media sosial untuk isu-isu
kemanusiaan, namun untuk isu-isu terkait radikalisme, terorisme.

“Aapalagi separatisme juga ada gotong royong, namun perlu lebih ditingkatkan lagi”, jelas Hariqo.

Hariqo
melanjutkan, di era digital setiap orang adalah diplomat, Pemahaman ini
harus terus dibangun “Diplomat bukan saja mereka yang bekerja di Kemlu,
KBRI atau lulusan HI, namun setiap kita adalah diplomat.

Hal
itu sebagai landasan teorinya sedangkan aksi saat ini Komunikonten
bersama Relawan Komunitas Peduli ASEAN sedang melakukan promosi
Indonesia di medsos, dimulai dari Aceh hingga papua nanti dengan tagar
#kepnasindonesia”..

Ahmad Rouf Qusyairi (Direktur Eksekutif SMCE)
menekankan diskusi ini membuka wawasan tentang media sosial, diplomasi
dan kepentingan nasional.

“kita tanya pada diri sendiri,
sudahkah kita memanfaatkan media sosial untuk kepentingan nasional, dan
sudahkan negara mengantisipasi hal-hal negatif dari media sosial dengan
maksimal”, pungkas Ahmad

Selain Agus, dua narasumber adalah
Tarman Azzam (Wartawan Senior, Ketua Dewan Penasehat PWI Pusat) dan
Hariqo Wibawa Satria (Direktur Eksekutif Komunikonten, Institut Media
Sosial dan Diplomasi). Acara ini sekaligus sebagai Halal Bi Halal insan
media yang diadakan Social Media For Civic Eduation (SMCE). (wan)

Artikel Lainnya

Terkini