![]() |
perajin batu padas di Kabupaten Karangasem |
KARANGASEM– Para perajin batu tabas terutama pengusaha kecil semakin terjepit disamping belum pulihnya ekonomi pascaerupsi Gunung Agung kini menghadapi persaiangan harga tidak sehat.
Keresahan di kalangan pengerajin yang baru merintis usaha Batu tabas ini, terjadi persaingan tidak sehat sesama perajin. Tak jarang untuk memenangkan suatu tender sebuah proyek para pengusaha yang memiliki modal berani memasang harga jauh lebih murah dari harga standarnya.
Ketut Subawa, salah satu perajin batu tabas asal Dusun Geriana Kangin, Selat, Karangasem menuturkan, kondisi tersebut kerap terjadi.
Tentu saja, secara otomatis membuat perajin yang baru merintis seperti dirinya kalah bersaing apalagi ikut banting harga karena mahalnya bahan baku yang kini mencapai Rp.10 juta per truk.
Demikian juga, kepercayaan pembeli berkurang akibat ulah oknum tak bertanggung jawab setelah mendapat uang muka lantas proyek tidak dikerjakan.
Hal ini secara tidak langsung berdampak kepada para pengusaha lainnya dan menjadi tantangan baru.
Gilik, sapaan akrabnya ini merintis usaha sejak 2 tahun silam bersama 3 orang rekan. Sejak 2001 Gilik bekerja diperusahaan milik rekannya namun dirinya akhirnya mencoba peruntungan demgan merintis usaha batu tabas sendiri.
“Ya sekarang mulai ada pesanan, meski sedikit paling tidak bisa tetap bekerja,” sambungnya.
Untuk pasar, selain melayani pesanan wilayah Bali, juga menerima proyek di luar Bali yaitu Lombok Barat yang nilai omsetnya mencapai ratusam juta rupiah. (rhm)