Percepat Dekomposisi dan Kurangi Sampah, Bali Mulai Manfaatkan Eco Enzyme

22 Februari 2021, 09:39 WIB
8CAFB259 35EB 420D 8D6A 6DDD4DCF8FB9
Uji coba penyiraman eco enzyme dilaksanakan Komunitas Eco-Enzyme
Nusantara Bali bekerjasama dengan Magister Sains Pertanian, Universitas
Warmadewa dan Pemerintah Provinsi Bali/ist.

Denpasar – Bali mulai memanfaatkan penggunaan eco enzyme (cairan hasil
fermentasi limbah organik) di TPA Suwung Denpasar untuk mempercepat dekomposisi
sehingga bisa mengurangi volume sampah.

Uji coba penyiraman eco enzyme dilaksanakan Komunitas Eco-Enzyme Nusantara
Provinsi Bali bekerjasama dengan Magister Sains Pertanian, Universitas
Warmadewa dan Pemerintah Provinsi Bali.

“Gerakan ujicoba aplikasi penyiraman eco enzyme di TPA Suwung merupakan
langkah awal dari upaya mewujudkan Bali sebagai Pulau Eco Enzyme,” terang
Koordinator Komunitas Eco-Enzyme Nusantara Provinsi Bali Jokoryanto
menyampaikan itu saat pembukaan gerakan ujicoba aplikasi penyiraman eco enzyme
pada tumpukan sampah di kawasan Tempat pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar,
Minggu (21/2/2021).

Dijelaskan, penyiraman eco enzyme tidak saja mampu mengurai bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam tanah, tetapi juga akan membuat tanah menjadi subur.

“Bisa menetralisir air lindi yang ada di dihasilkan oleh sampah Bahkan dia
bisa mengurai banyak polutan udara” urainya.

Langkah pengaplikasian eco enzyme di TPA Suwung juga diharapkan dapat membantu
mempercepat proses dekomposisi, sehingga volume sampah dapat dikurangi.

Mengingat sampah yang dihasilkan di Denpasar 70% ada sampah organik.

Penggunaan eco enzyme juga dapat dilakukan mulai dari rumah tangga, sehingga
sampah yang dibuang ke TPA jumlahnya berkurang. “Jadi kalau seandainya semua
rumah tangga bisa membuat dan tidak membuang sampah organik ke TPA itu bisa
menekan gas metan,” ujarnya.

Kepala UPTD Pengelolaan Sampah DKLH Provinsi Bali, Ni Made Armadi, S.P., M.Si
menyatakan upaya penyiraman eco enzyme adalah langkah awal yang luar biasa,
karena akan sangat membantu para pekerja di TPA.

Selama ini para pekerja di TPA harus menghadapi bau yang tidak sedap, panas
serta paparan gas metan.

“Yang tidak kalah pentingnya itu adalah gas metan, ini yang paling
membahayakan kesehatan. Itu bisa menghasilkan ledakan yang luar biasa, bisa
mencemari udara dan menimbulkan emisi gas rumah kaca. Dimana emisi gas rumah
kaca ini bisa menimbulkan pemanasan global dan pemanasan global ini akan
mempengaruhi iklim,” jelas Armadi.

Langkah awal dilakukan di Bali ini diharapakan, menjadi contoh bagi
daerah-daerah lainnya di Indonesia. Namun langkah awal yang dilakukan di Bali
ini semestinya dilakukan secara berkelanjutan.

Mengingat, penyiraman eco enzyme juga ditindaklanjuti dengan kajian akademis
yang dilakukan oleh Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa.

Ketua Prodi Magister Sains Pertanian, Universitas Warmadewa, Dr. I Dewa Nyoman
Sudita, menyampaikan bahwa kajian akademis menjadi penting untuk mengetahui
efektivitas dari penggunaan eco-enzyme.

“Hasil kajian akademis akan menjadi rekomendasi dalam pengelolaan sampah
dengan eco-enzyme kedepannya,” imbuhnya.

Pembuangan sampah dengan tumpukan sampah akan menghasilkan air lindi, ini kita
ukur dan memberikan kajian akademis. Dampak sampah ini mempengaruhi kualitas
lingkungan dan kesehatan manusia. (rhm)

Berita Lainnya

Terkini