Peristiwa Kemusuk, Takdir Sejarah Soeharto hingga Menjadi Jenderal Besar

Peristiwa Kemusuk yang menjadi simbol perlawanan rakyat Yogyakarta melawan kolonialis Belanda hingga serangan 1 Maret seolah menjadi takdir sejarah bagi Letkol Soeharto menjadi Jenderal Besar.

28 Februari 2023, 19:34 WIB

“Ada takdir sejarah, berasa pas pada diri Letkol Soeharto sebagai legitimasi kekuasaan dan Raja Yogyakarta, Sultan Hamengkubowono IX saat perpindahan Ibu Kota dari Jakarta ke Yogyakarta,” imbuhnya.

Mengutip buku yang dikisahkan H Probosutejo, bahwa Soeharto adalah takdir sejarah dan bunga pertempuran seperti sebagaimana disampaikan Jenderal TN AH Nasution.

“Soeharto adalah takdir sejarah dan bunga pertempuran saat Serangan Umum 1 Maret 1949 dan perang Papua 19 Desember 1961,” sebut Kusuma SP.

Stakeholder Pariwisata hingga Perbankan Bali Tegaskan Komitmen Gunakan Rupiah dan Berantas KUPVA BB Tak Berizin

Saat sesi diskusi salah satu peserta dari Jember, Bambang Setiawan mengungkapkan, saat Ibu kota RI harus pindah ke Jogjakarta yg waktu itu dipimpin Sultan Hamengkubuwono IX juga didukung raja-raja di Jawa.

“Peran Sultan HB IX sangat besar. Setelah ibu kota berada di Yogyakarta” katanya.

Saat Belanda yang tidak tinggal diam membuang Presiden Soekarno RI, Sukarno, diasingkan ke Digul, Papua.

Miss Universe Indonesia Umumkan Kepempinan Baru, Gelar Social Gathering di Bali

Atas inisiatif pimpinan yg ada, Sultan HB IX, Jenderal Sudirman dan Letkol Soeharto yang berada di ibu kota Yogyakarta, mengalihkan kekuasaan di Bukit Tinggi.

Dibentuklah Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dengan Presiden Safrudin Prawira Negara.

Pada tahun 1948 dan 1949 Belanda melakukan agresi besar-besaran ke Yogyakarta, sebagai bentuk dari keinginan menguasa Indonesia.Tetapi tokoh-tokoh lokal berusaha melakukan perlawanan.

Keluhan Wisman Tiongkok Soal Jual Beli Kepala, Wagub Cok Ace Minta Penataan Pariwisata Bali

“Letkol Soeharto sebagai komandan Wilayah Brigade X bersama Raja Jogja Sultan HB IX, dan rakyat bersama laskar Hisbullah melakukan perlawanan ke Belanda,” imbuh Bambang.

Puncak peristiwa perlawanan rakyat, TKR dan Hisbullah di daerah Kemusuk Yogyakarta .

Rakyat, TKR bersama Letkol Soeharto dan laskar Hisbullah m benar-benar menunjukkan perlawanan pada Belanda. Sampai terjadi lima kali perlawanan di Kemusuk.

Moeldoko: Pendeta dan Pemuka Agama Kristen Berperan Krusial bagi Stabilitas Tanah Papua

“Puncaknya pada serangan umum yang terjadi pada 1 maret 1949, menunjukan pada dunia internasional bahwa Indonesia tidak hilang. Indonesia ada dan berdaulat,”tutupnya

Karena itu Bambang Setiawan mendorong lahirnya Petisi Kemusuk yang mendesak Presiden Joko Widodo memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Jenderal Besar HM Soeharto.

“Kami mendesak Presiden Jokowi memberikan gelar Pahlawan Nasional berkat jasa-jasanyandalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Bangsa Indonesia,” tandas alumus Fakultas Sastra Universitas Jember ini. ***

Berita Lainnya

Terkini