Kabarnusa.com –
Perekonomian di Provinsi Bali pada tahun 2016 diprediksi mengalami
pertumbuhan melambat sebagai dampak belum pulihnya perekonomian global.
Kepala
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Dewi Setyowati mengungkapkan
hal itu, saat memberi sambutan pada Deseminasi Kajian Ekonomi dan
keuangan regional Bali pada triwulan keempat tahun 2015 di Gedung BI,
Denpasar, Kamis (17/3/2016).
Dikatakan Dewi, pertumbuhan tahunan
ekonomi Bali triwulan terakhir (IV) tahun 2015 5,96 persen, lebih rendah
dibandingkan, triwulan sebelumnya yang mencapai 6,3 persen.
“Meski
demikian, pertumbuhan itu, masih lebih tinggi dibanding pertumbuhan
ekonomi nasional yang sebesar 5,04 persen,” sebut mantan Kepala BI
Perwakilan Yogyakarta itu .
Penyebab pelambatan pertumbuhan
ekonomi Bali itu dipengaruhi oleh perlambatan kinerja lapangan usaha
industri pengolahan perdagangan besar dan eceran lapangan usaha
penyediaan akomodasi makanan dan minuman.
Sementara dari sisi
permintaan, sambung Dewi, perlambatan ekonomi Bali terjadi seirng
perlambatan kinerja konsumsi rumah tangga serta kinerja inventasi.
Dari
faktor eksternal, belum pulihnya perekonomi global seperti terjadi di
Eropa maupun negara Asia lainnya seperti Jepang dan Tiongkok yang
menjadi pasar utama ekspor barang dan jasa, juga berimbas pada
pertumbuhan ekonomi di Pulau Dewata.
Di hadapan puluhan pelaku
dunia usaha, perbankan, birokrasi hingga perguruan tinggi, Dewi
meyakinkan, meski triwulan keempat lalu, perekonomian Bali tidak
mengalami pertumbuhan signifikan namun dengan upaya keseriusan
pemerintah seperti pengendalian inflasi, perlahan ada perbaikan.
BI
memprediksi perekonomian Bali pada tahun ini, akan dibuka dengan
meningkatnya pertumbuhan pada triwulan pertama I tahun 2016, dalam
rentang 5,9-6,35 persen (year on year).
Dengan demikian, pertumbuhan perekonomian Bali, akan tumbuh pada kisaran 6,09-6,49 persen yaar on year.
Optimsisme
pertumbuhan itu didasari pada, perbaikan perekonomian global, yang akan
berdampak terhadap perbaikan kinerja ekspor luar negeri, seiring
eskpansi beberapa industri pengolahan.
“Konsumsi dan investasi
diperkirakan mengalami peningkatan seiring pembangunan inffastruktur
oleh pemerintah daerah, “sambung perempuan asal Yogyakarta itu.
Selain
itu, optimisme juga didasari tingkat konsumsi dan investasi yang
diprediksi mengalami peningkatan, seiring kenaikan Upah Minimum Provinsi
(UMP), terjaganya harga BBM (Bahan Bakar Minyak) maupun Tarif Daftar
Listrik (TDL). (rhm)