Jakarta – Sekretaris Jenderal KKP Antam Novambar menyatakan persoalan nelayan dan pembudidaya skala kecil yang jumlahnya mendominasi, berpotensi mempengaruhi kinerja ekspor negara-negara anggota ASEAN ke pasar global, khususnya Amerika Serikat karena berkaitan standarisasi produk yang dihasilkan.
Karenanya, dalam meningkatkan kompetensi nelayan dan pembudidaya skala kecil Indonesia telah menginiasi dua konsep di bidang perikanan tangkap dan budidaya.
Delegasi Indonesia juga menekankan pentingnya dukungan peningkatan kapasitas kepada negara-negara ASEAN oleh Pemerintah Amerika melalui peningkatan kapasitas dan dukungan teknis guna memenuhi standar yang ditetapkan dalam US Marine Mammal Protection Act (US MMPA).
Dalam pertemuan, Antam Novambar meminta pemerintah Amerika Serikat meningkatkan dukungan kapasistas maupun teknis sehingga negara-negara ASEAN bisa memenuhi standar tersebut.
Hal ini menjadi perhatian bersama karena berpotensi menjadi hambatan non-tarif baru dan akan mempengaruhi ekspor ikan dan produk perikanan negara negara anggota ASEAN ke pasar Amerika Serikat.
Ditegaskan, negara-negara ASEAN perlu memberi perhatian lebih kepada nelayan dan pembudidaya ikan kecil dengan meningkatkan kompetensi yang dimiliki.
Dalam pertemuan ASWGFi ke-30 belum lama ini, KKP mendorong negara ASEAN bersama-sama aktif dalam penyusunan strategi regional ini untuk memberi perhatian kepada perikanan skala kecil yang mendominasi perikanan ASEAN.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak negara-negara ASEAN untuk mengatasi potensi hambatan ekspor ke Amerika Serikat pasca pemberlakuan US Marine Mammal Protection Act (US MMPA).
Antam Novambar menjelaskan, pada perikanan tangkap isinya tentang keamanan pangan dan pengurangan kemiskinan melalui penerapan Food and Agriculture Organization (FAO) Guideline.
Sedangkan di perikanan budidaya berupa kesepahaman bersama mengenai budidaya berkelanjutan dengan mendorong tata laksana budidaya ikan yang berkelanjutan.
“Dua proposal insiatif tersebut telah disahkan untuk selanjutnya disusun dokumennya bersama negara ASEAN dan mitra, seperti FAO dan Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC),” ungkapnya dalam keterangan tertulis Minggu (26/6/2022).
Salah satu upaya yang didorong adalah fokus membenahi perikanan skala kecil di ASEAN.
“Ini penting karena berkaitan dengan kinerja ekspor produk hasil perikanan negara-negara anggota ASEAN ke pasar global khususnya Amerika”, ujar Antam Novambar
Pertemuan ASWGFi atau ASEAN Sectoral Working Group on Fisheries,satu-satunya forum resmi di ASEAN yang menangani isu-isu bidang perikanan, seperti kapasitas penangkapan, wilayah penangkapan, pemberantasan IUU Fishing, ketelusuran, konservasi dan habitat, dan dampak perubahan iklim.
Pada 21 sampai 23 Juni 2022, pertemuan ke 30 ASWGFi digelar di Bali.
Hal lain disampaikan KKP dalam pertemuan tersebut yakni komitmen Indonesia dalam mengelola sektor kelautan dan perikanan secara berkelanjutan.
KKP memiliki tiga program prioritas yakni penangkapan ikan terukur berbasis kuota dengan menekankan keseimbangan ekologi dan sosial ekonomi, peningkatan ekspor untuk empat komoditas unggulan Indonesia, serta pembangunan kampung nelayan berbasis kearifan lokal. ***