![]() |
(foto istimewa) |
Kabarnusa.com – PT Pertamina (Persero) mengklaim terjadi peningkatan 7 persen produksi minyak dan gas bumi selama delapan tahun terakhir.
Peningkatan produksi itu merupakan pemanfaatan teknologo hulu oleh insan hulu Pertamina.
“Ini suatu hal yang luar biasa di tengah penurunan produksi nasional,” kata Dirut PT Pertamina (persero) Dwi Soetjipto,saat membuka acara Forum Sharing Teknologi Hulu, di Patrajasa Kuta Bali, Senin 30 Maret 2015.
Kata dia, Naik turunnya BBM saat ini di Indonesia, tergantung dari harga pasaran minyak di dunia.
Tidak hanya itu, kurs Dolar juga sangat berpengaruh bagi harga minyak dan gas bumi di Indonesia.
“Kita beli minyak dan gas bumi dengan Dolar. Kalau saat ini Dolar naik, tentu harus disesuaikan pula dengan pasar di dunia untuk pembelian bahan bakar minyak dan gas bumi,” tuturnya.
Harga minyak saat ini pada kisaran US 60 Dolar per barel dan terus berfluktuasi.
“Jelas ini berimbas pada Indonesia, kisaran minyak khususnya untuk BBM di negara kita bisa saja akan terus naik,” tegas dia.
Saat ini memang pada suatu kritis di mana kondisi minyak nasional yang menurun tidak sejalan dengan lonjakan konsumsi bahan bakar di dalam negeri yang terus tumbuh. Bahkan situasinya nanti 15 tahun kedepan, permintaan energi mencapai 16 Quad BTUs.
Pada tahun tahun 2030, permintaan energi mencapai 16 quad BTUS. Situasi ini sudah dapat dipastikan akan membawa Indonesia dalam keadaan kritis.
Dari Hulu Pertamina bahwa saat ini Pertamina penuh dengan sumber daya manusia yang potensial. Sehingga dirinya sangat yakin persoalan yang terjadi saat ini akan dapat teratasi.
Pertamina telah berprestasi besar dan mampu meningkatkan produksi migas sebesar 7 persen dalam 8 tahun terakhir.
“Itu justru di tengah kondisi migas nasional yang menurun. Solusinya, kita harus mampu membuat terobosan untuk menyelamatkan begeri ini. Salah satunya dengan pemilahan teknologi,” imbuhnya. (kto)