Pertamina Tantang Kampus, Siap Jawab Masa Depan Energi?

Pertamina Goes to Campus (PGTC) 2025 diramaikan 108 tim mahasiswa Energy Debate Championship, menantang kampus menjawab tantangan energi.

21 Agustus 2025, 21:01 WIB

JakartaPertamina Goes to Campus (PGTC) 2025 menjadi panggung bagi generasi muda Indonesia untuk mengukir sejarah. Sebanyak 108 tim mahasiswa dari berbagai penjuru negeri, dari Sabang sampai Merauke, telah resmi mendaftar untuk Energy Debate Championship, sebuah ajang bergengsi yang menantang para calon pemimpin bangsa.

Ini bukan hanya tentang siapa yang paling piawai beradu argumen. Ini tentang siapa yang berani melahirkan solusi, siapa yang siap bernegosiasi, dan siapa yang akan menjadi arsitek masa depan energi Indonesia.

Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menegaskan, kompetisi ini adalah wujud nyata komitmen Pertamina dalam menyiapkan para pemimpin yang visioner.

“Kami sangat bangga melihat semangat luar biasa dari para mahasiswa. Energy Debate Championship adalah wadah untuk menyalurkan gagasan segar dan inovatif yang akan menjadi kontribusi nyata bagi masa depan energi Indonesia,” ungkapnya.

Selama ini, isu energi kerap menjadi polemik yang kompleks. Kini, tongkat estafet itu diserahkan kepada para mahasiswa.

Mereka ditantang untuk merumuskan jawaban atas tantangan transisi energi, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 dan komitmen Pertamina untuk mencapai net zero emission 2060.

Setelah seleksi ketat dari lebih dari 350 tim, 108 tim perwakilan kampus terpilih untuk melaju ke tahap berikutnya.

Babak final, yang akan digelar secara luring pada September mendatang, akan menjadi momen penentuan. Bukan hanya hadiah ratusan juta dan sertifikat nasional yang menjadi taruhan, tetapi juga kesempatan emas untuk mengikuti program benchmark internasional ke Tsinghua University, Tiongkok, bersama Pertamina.

Pertamina meyakini, melalui kompetisi ini, akan lahir pemimpin-pemimpin yang tidak hanya cakap berdebat, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan, diplomatik, dan pemikiran solutif yang dibutuhkan bangsa ini. ***

Berita Lainnya

Terkini